Translate

29 Desember 2012

Seekeor Ayam Selamatkan Majikannya dari Kebakaran


Sebuah keluarga di Kota Alama, Amerika Serikat (AS) berhasil selamat dari kebakaran yang terjadi di rumahnya setelah diperingatkan oleh ayam peliharaannya. Ayam tersebut berkokok di tengah malam dan membangunkan keluarga tersebut.
Pasangan suami isteri itu kemudian menemukan rumahnya sedang dilalap api. Pasangan tersebut menyatakan bahwa alarm kebakaran yang dipasang dirumahnya rusak sehingga tidak berbunyi ketika api mulai muncul.
Ayam betina yang diberi nama Cluck Cluck itu didapatkan oleh Dennis Murawska dari tetangganya. Tetangganya itu memperbolehkan Murawska mengambil ayam tersebut karena sudah tidak dapat bertelur lagi. Tetangganya itu pun menyarankan Murawska untuk memasak ayam itu.
Namun Murawska lebih memilih untuk memelihara Cluck Cluck karena merasa kasihan. Ayam penyelamat itu memiliki cacat dikakinya yang membuatnya kesulitan berjalan. Murawska pun membangun sarang untuk ditempati oleh Cluck Cluck. Istri Murawska juga memperbolehkan ayam tersebut tinggal di ruang bawah tanah selama musim dingin.
“Kami sering mendengar seekor anjing atau kucing memperingatkan majikannya dari bahaya, namun saya tidak pernah dengar sebelumnya seekor ayam melakukan aksi seperti itu,“ ujar petugas pemadam kebakaran, seperti dikutip Associated Press, Sabtu (29/12/2012).
Murawska menyatakan, keajaiban tersebut sebagai balasan atas kebaikannya selama ini terhadap Cluck Cluck. Kalau saja ayam itu dulu dimasaknya maka tidak akan ada yang memperingatkannya ketika kebakaran terjadi di rumahnya.

Read more »

Seorang Pria Tewas Setelah Makan 28 Telur Mentah


Seorang pria asal Tunisia tewas usai memakan 28 telur ayam mentah. Pria itu sempat pingsan setelah merasakan sakit perut yang sangat menyiksa. Dhaou Fatnassi bertaruh dengan teman-temannya dan mengatakan bahwa dirinya sanggup memakan 30 telur mentah. Teman Fatnassi siap memberikan uang bila Fatnassi berhasil lulus dalam tantangan itu.
Jumlah uang yang akan didapatkan Fatnassi masih belum diketahui. Pria berusia 20 tahun itu melahap telur-telur mentah yang disajikan. Namun ketika dirinya melahap telur yang ke-28, Fatnassi langsung mengalami sakit perut.
Usai merasakan sakit perut yang luar biasa, tubuh Fatnassi ambruk. Fatnassi dilarikan ke rumah sakit terdekat dalam keadaan tidak sadarkan diri namun nyawanya tidak dapat diselamatkan. Demikian, seperti diberitakan Shems FM, Jumat (28/12/2012).
Pada dasarnya, telur menjadi makanan yang mengandung protein tinggi bila dimasak dengan benar. Namun para pakar gizi berpendapat bahwa, telur mentah justru mengandung bakteri salmonela.

Read more »

28 Desember 2012

Tasikmalaya, Seorang Janda Bunuh Anaknya Sendiri


Seorang janda beranak tiga, Amn (40), tega membunuh anak kandungnya sendiri yang baru saja dilahirkan dengan cara membekap mulut dan hidung sang bayi hingga kehabisan nafas. Dia melakukan itu karena anak keempat itu merupakan hasil hubungan gelap dengan pacarnya.
Setelah bayi itu tewas, wanita asal Kampung Baros, Desa Cikalong, Kecamatan Sodonghilir, kabupaten Tasikmalaya ini menguburkan mayat sang bayi dengan dibalut pembungkus kain dan kantong keresek di sebuah kebun milik tetangganya.
Kejadian tersebut dilakukannya pada hari Senin (24/12) pagi sekitar pukul 05.00. Tanpa dibantu siapapun, Amn yang tengah hamil besar saat itu melahirkan anak keempatnya. Dia melahirkan anak sendirian dengan memotong ari-ari sang bayi menggunakan gunting tumpul.
Setelah lahir, bayi itu dibunuhnya dan dikuburkannya. Namun pada Rabu (26/12) siang, aksi pelaku berhasil terbongkar ketika mayat sang bayi ditemukan warga tengah digali dan hendak dimakan oleh seekor anjing. Warga yang mengetahui hal ini langsung mengamankan mayat sang bayi dan melaporkannya ke pihak kepolisian.
"Kami langsung datang ke lokasi dan melakukan olah TKP serta identifikasi pada mayat bayi. Kami susuri cari warga yang sedang hamil besar kepada bidan setempat dan diketahui ada salah seorang, yakni pelaku ini," tutur Kapolsek Sodonghilir, Ajun Komisaris A. Nurjaman.
Pelaku akhirnya berhasil diamankan selang beberapa jam setelah penemuan mayat bayi, Dia ditangkap saat bersembunyi di rumah saudaranya. Diduga, pelaku hendak kabur dan bersembunyi sementara waktu disana.
Kasus inipun kini telah dilimpahkan kepada Kepolisian Resot Tasikmalaya guna penyelidikan lebih lanjut, termasuk pelaku yang telah ditahan polisi dan menjalani pemeriksaan. Sementara mayat sang bayi kini berada di RSUD Tasikmalaya guna dilakukan otopsi.
Berdasarkan keterangan pelaku, dia nekad membunuh bayinya sendiri karena kecewa kepada ayah sang bayi yang tidak bertanggungjawab. Kepada polisi, Amn mengaku bahwa dirinya sudah menjanda selama lima tahun.
Beberapa tahun terakhir ini, dia bekerja di Kota Tasikmalaya sebagai pembantu rumah tangga, lalu mempunyai pacar. Hampir satu tahun lebih dia berada di Kota Tasikmalaya dan baru kembali sekitar satu bulan lalu dengan kondisi perut membesar.
"Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku tega membunuh bayinya sendiri gara-gara tidak memiliki suami namun mempunyai bayi dari hasil hubungan gelap. Sehingga ia tega berbuat sadis," jelas Nurjaman.

Read more »

27 Desember 2012

Bursa Calon Ketua Tanfidziyah NU Kota Tasikmalaya


Sekretaris Panitia Konferensi Cabang III Nahdlatul Ulama (NU) Kota Tasikmalaya, Drs. Tedih Sukmadin, mengatakan sebanyak 8 kandidat calon Ketua Tanfidziyah NU Kota Tasikmalaya telah siap mencalonkan diri dalam perhetalan musyawarah tertinggi tingkat Cabang NU Kota Tasikmalaya. Para kandidat terdiri dari unsur pimpinan pondok pesantren, akademisi dan birokrat.
Dari 8 kandidat tersebut, ungkap Tedih, antara lain Ketua PCNU saat ini Drs. H. Iman Suparman, M.Pd; pimpinan ponpes Bustanul Ulum Tamansari KH. Didi Hudaya; pimpinan ponpes Riyadul Muta’alimin Cilendek KH. Ate Musodiq; pimpinan ponpes Alikhwan Condong Prof. Dr. KH. Muchsin Ansyadeli; mantan Kemenag Kota Bandung Drs. H. Cecep Alamsyah; Kasi Pekapontren Kemenag Kota Tasikmalaya H. Suryana, M.Si; Kepala MAN Cipasung Drs. KH. Badruzzaman, M.Pd; dan dosen STAINU Drs. H. Aceng Mubarok. Bahkan, informasi yang diterima, Ketua KPU Kota Tasikmalaya, Drs. Cholis Muchlis, M.Pd pun kabarnya akan turut mencalonkan, termasuk beberapa aktifis muda NU seperti Abdul Muis.
Tedih mengungkapkan, mekanisme pencalonan muncul di tahap pencalonan dengan dukungan minimal 30 persen peserta. Mereka harus mendapat dukungan minimal sebanyak 3 MWC. “Namun, mekanisme ini belum final karena harus mendapat persetujuan Syuriah”, terangnya di Kantor PCNU, Jalan Dr. Soekardjo 47, Rabu (26/12).
Adapun untuk peserta, lanjut Tedih, akan diikuti 10 MWC dengan jumlah utusan sebanyak 5 orang. “Jumlah suara ada 11 untuk memilih Ketua Tanfidz. Tetapi, untuk menentukan Syuriah dan Muh­tasyar diputuskan lewat formatur dan sifatanya pun rahasia,” jelasnya.
Pelaksanaan konfercab sendiri, ucap Tedih akan digelar pada hari Sabtu (5/12) di kompleks MTS NU Jalan Argasari, Sukalaya.

Read more »

25 Desember 2012

Vokalis Band Nyaris Diperkosa Sopir Taksi di Depok


Am, Seorang gadis cantik 18 tahun yang nyaris diperkosa di dalam taksi ternyata adalah artis pendatang baru di industri hiburan Tanah Air. Berlabel Samatha Musik, AM menempati posisi sebagai vokalis di Band Bee Violet. AM diselamatkan seorang prajurit TNI Angkatan Darat bernama Awang.
Ditemui di kediamannya kawasan Jalan Pitara Rt 03 Rw 16 No 7, Pancoran Mas, Depao, AM mengaku ingin sekali menyampaikan rasa terima kasihnya pada prajurit tersebut. "Saya ingin mencium tangannya. Kalau enggak ada dia mungkin saya sudah tak tahu jadi apa," kata gadis berambut panjang itu kepada VIVAnews, Selasa 25 Desember 2012.
AM nyaris diperkosa di dalam taksi oleh sopir berinisial DF. AM selamat lantaran ia berhasil keluar dan diselamatkan oleh seorang prajurit TNI bernama Awang.
Saat itu, Awang sempat menendang taksi yang dibawa pelaku. Namun, si pelaku tak berhasil ditangkap lantaran lolos dengan meninggalkan taksinya di pinggir Jalan Raya Bogor.

Kronologi
Cerita pilu itu bermula saat AM yang tinggal bersama kakaknya di Depok ini hendak menuju rumah saudaranya di Jatibening, Bekasi, Senin 24 Desember 2012. AM yang baru sebulan tinggal di Depok ini berencana liburan ke tempat asalnya di Semarang, Jawa Tengah, bareng saudaranya yang tinggal di Jatibening.
AM menunggu taksi di dekat pusat perbelanjaan ITC Depok, tak jauh dari Mapolresta Depok. Kala itu, jarum jam menunjuk pukul 21.00 WIB. Menunggu beberapa saat, akhirnya AM naik ke sebuah taksi warna kuning. Awalnya, tak ada yang aneh dalam taksi yang dia tumpangi. Namun, kejanggalan terjadi di tengah perjalanan. Awal naik, AM meminta diantar ke Jatibening. Namun, taksi itu justru berputar-putar tanpa arah yang jelas.
Karena curiga, AM mencoba bertanya kepada DF. Namun, bukan jawaban yang dia harapkan. Pertanyaan AM itu dijawab DF dengan todongan pisau ke perutnya. Penodongan ini terjadi di sekitar wilayah Citeureup.
"Saya diancam, kalau berani macam-macam saya akan dibunuh. Habis itu saya diikat pakai sabuk pengaman dan ditelungkupkan di bawah jok. Saya tidak tahu diajak ke mana, yang jelas bukan di jalan raya, sepertinya di perkampungan atau jalan alternatif," kata AM.
Saat itu pula, DF menggeledah tas yang dibawa AM. Uang Rp300 ribu dan BlackBerry milik AM diambil. DF juga akan meminta tebusan sebesar Rp1 miliar kepada orangtua AM. Taksi kuning itu kembali melaju, berputar-putar dengan arah yang tak dimengerti oleh AM.
Taksi itu kembali berhenti. Kali ini, hari sudah menginjak Selasa, dini hari. AM melihat DF membuka pintu dan ke luar taksi. Kesempatan itu tak disia-siakan AM. Dia melepaskan seat belt yang mengikatnya. Namun, dia tak langsung lari. AM hanya berpura-pura masih terikat.
Saat pintu taksi dibuka dan DF masuk ke jok belakang, diduga hendak memperkosanya, AM langsung melompat ke luar dari taksi. AM lari sekuat tenaga. Dengan mobil, DF mengejarnya. Namun, di tengah aksi kejar-mengejar tersebut, seorang pria bermotor muncul. Curiga, dia menghentikan taksi. Ditendangnya taksi itu. Belakangan, pria itu diketahui sebagai anggota TNI Angkatan Darat bernama Awang.
Kasus tersebut masih dalam pengembangan Mapolresta Depok. Taksi yang digunakan pelaku kini telah diamankan. Pelakunya masih buron.

Read more »

Geliat Islam di Negeri Ginseng Korea Selatan


Ditandai dengan berdirinya sejumlah masjid, masyarakat Korea Selatan (Korsel) menyambut kehadiran agama Islam secara baik. “Islam sebagai pembawa rahmat lil alamin atau kedamaian telah diterima dengan baik di Korsel,” kata Dr. Abdul Wahab Zahid Haq, mufti Korsel yang berasal dari Turki kepada pers disela mengikuti konferensi internasional tentang wakaf di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, kehadiran masjid pun di negeri itu tak dipermasalahkan karena banyak memberi manfaat bagi warga setempat, terutama para mualaf dan warga lainnya yang ingin lebih banyak tahu tentang Islam
Islam di Korsel merupakan agama yang baru masuk. Agama tersebut masuk sekitar 1955 yang diawali masuknya tiga orang tentara Turki ke negeri tersebut.
Jumlah Muslim Korsel sekitar 30 – 40 ribu jiwa. Jika ditambah dengan warga asing di luar Korsel bisa mencapai 150 ribu orang. Banyak warga asing di negeri itu sebagai penganut agama Islam, utamanya dari pekerja Indonesia.
Abdul Wahab mengaku mengenal Indonesia dengan pemeluk Islamnya yang terbesar dari berbagai literatur ketika masih duduk di sekolah menengah pertama. “Semoga saja Islam di Indonesia makin besar,” ia berharap.
Terkait dengan tugasnya sebagai mufti di Korsel, ia mengatakan, sebagai tamu di negeri itu semua tugas dilakukan dengan keramahan. Pendekatan bernuansa kekerasan tentu saja sangat dijauhkan, terlebih kadang suasana di luar Korsel berkembang isu “miring” tentang Islam.
Secara pribadi, Abdul Wahab tak merasa sedih melaksanakan seluruh tugas dakwah di negeri gingseng itu. “Namun kesedihan itu terasa mendekat ketika saya menjelaskan kepada warga sekitar, mereka tidak paham,” ujar Abdul Wahab.
Oleh karena itu, ia secara terus menerus berusaha menjelaskan tentang ketauhidan, tentang keesaan Allah dan kedudukan Rasul Allah secara jelas dan berulang-ulang.
Hasilnya memang menggembirakan ketika ia menjelaskan dapat diterima warga setempat. Peran masjid, yang jumlahnya mencapai 70 buah yang tersebar di berbagai kota, dioptimalkan sebagai tempat dakwah dan Islamic Center.
Abdul Wahab sendiri datang ke Korsel pada 1982. Kini posisinya semakin dikenal warga Korsel. Banyak warga setempat bertanya tentang Islam kepadanya dan ia menjelaskan dengan gamblang. Penjelasan yang disampaikan dengan menyejukkan tersebut ternyata memikat warga dan akhirnya memeluk Islam.
Terkait dengan peran fatwa, Abdul Wahab menjelaskan bahwa fatwa sangat penting sebagai pegangan dan panduan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Tatkala ada orang Muslim di negeri itu bertanya atau meminta fatwa kepadanya, ia mengatakan, harus melihat orang bersangkutan, berpegang pada mazhab yang dimiliki.
Jika berpegang pada mazhab Imam Syafi`i, maka tentu disampaikan fatwa dengan pendekatan mazhab yang dianutnya. Demikian pula jika sebagai umat Muslim yang berpegang pada mazhab Hambali atau Hanafi.
Meski fatwanya menggunakan pendekatan mazhab, hal itu bukan berarti harus menyimpang dari sumber hukum Islam yang ada, yaitu Al Quran dan Hadits.
Sumber : Antara

Read more »

24 Desember 2012

Cagar Budaya Sukahurip, Cihaurbeuti


Sekitar 1883, seorang paninggaran (pemburu) yang bernama Aki Buyut Mahad, asal Ciamis, berangkat beserta rombongan ke Gunung Bongkok untuk berburu “mencek” (rusa, kijang) dengan bersenjatakan tombak, golok, dan kujang (senjata tradisional Sunda).
Diceritakan setelah lama berada di hutan, tidak tampak ada binatang yang akan diburunya. Hari semakin sore, binatang buruan belum juga didapatkan, maka mereka memutuskan untuk pulang.
Di tengah perjalanan, Aki Buyut Mahad dan rombongan yang tengah beristirahat di bawah pohon rindang, dikejutkan oleh gerakan di semak belukar. Mengira ada hewan buruan, secara rikat Aki Buyut melemparkan tombaknya kearah semak tersebut.
Namun ternyata, tiba-tiba muncul seorang lelaki tinggi besar, kekar, dan berkulit hitam. Orang tersebut nyaris menjadi sasaran tombak, “nyalahan” dalam istilah Sunda. Dikira kijang, ternyata seorang laki-laki yang kemudian diketahui bernama Bang Item.
Bang Item adalah buronan Belanda dari Batavia. Ketika Indonesia masih dijajah Belanda, pada tahun 1880 Bang Item melakukan pemberontakan di Batavia (Jakarta sekarang). Merasa terdesak oleh Belanda, Bang Item dan pengikutnya melarikan diri dari Batavia menuju hutan. Dengan berjalan kaki, terdamparlah di suatu tempat yang sekarang dinamakan Palasari.
Konon dinamakan Bang Item karena orangnya tinggi besar dan berkulit hitam. Singkat cerita setelah mereka berkenalan, Bang Item merasa aman dari kejaran Belanda. Mereka pun sepakat untuk menetap dan membuka hutan di sana yang kini dikenal dengan Palasari. Maka ditunjuklah Bang Item sebagai kuwu, dan Aki Buyut Mahad sebagai wakilnya, atau disebut  “Ngabihi” pada waktu itu.
Sejak itu berdirilah sebuah desa yang diberi nama Panyalahan, diambil dari istilah Sunda “nyalahan” yang artinya kekeliruan, sebagaimana latar belakang pertemuan Bang Item dengan Aki Buyut Mahad sebelumnya.
Desa Panyalahan kemudian berkembang dan meliputi lima kampung, yaitu Palasari, Cidangiang, Babakan Cau, Langkob, dan Panyalahan. Desa ini berbatasan dengan Desa Sigung, yang terdiri dari dua kampung yaitu Sigung dan Cikujang Beet.
Untuk lebih mengeratkan persaudaraan, para tokoh dari kedua desa tersebut sepakat  meggabungkan dua desa. Terjadi penggabungan tesebut dengan menunjuk H. Abdul Majid, Kuwu Sigung, menjadi Kepala Desa pertama pada tahun 1939.
Kepala Desa yang memimpin Desa Sukahurip setelah adanya penggabungan dua desa menjadi satu desa, adalah sebagai berikut : H. Abdul Majid (1939-1945), Moch. Sobari (1945-1949), Kartasasmita (1949-1967), Djumaedi Wisastra Wijaya (1967-1981), Kaswa Usup (1981-1989), Udin Samsudin (989-1998), Mastur Chaerudin (1999-2007), dan Aan Syarif Efendi (2007-sekarang).
Demikian riwayat singkat Sukahurip sebagai bagian dari budaya masyarakat Cihaurbeuti. Tradisi Ngaruat Lembur, Tradisi Ziarah, Tradisi Hajat Tujuh Bulan, Tradisi Hajat Empat Bulan, Tradisi Numbal Bumi, dan lain-lain tetap berjalan dalam dinamika dan kearifannya. Makam Aki Buyut Mahad, menjadi cagar budaya yang dilestarikan di Sukahurip. Selain itu, terdapat satu tempat lain yang oleh sebagian masyarakat dianggap keramat, yaitu “Cihaniwung”. Namun sayang, keberadaannya sekarang kurang terawat setelah “kuncen” yang mengurusnya meninggal dunia.

Read more »

Sakadang Kuya Jeung Sakadang Monyet Melak Cau (The Sundaneese Fable)


Hiji poe isuk-isuk, Sakadang Monyét datang nyampeurkeun ka Sakadang Kuya.
“Sakadang Kuya!”
“Kuk!”
“Keur naon?”
“Ah, biasa wé keur moyan,” témbal Sakadang Kuya anu keur cinutrung dina batu. “Ari tadi peuting saré di mana Sakadang Monyét téh?” Sakadang Kuya malik nanya.
“Di ditu, di deukeut kebon Pa Tani.”
“Baruk? Naha Ujang teu sieun ku Pa Tani?”
“Ah, henteu, da Pa Tanina ogé areuweuh. Imahna gé katénjona karosong. Jigana mah keur arindit jauh.”
“Kadé ah, sing ati-ati mun papanggih Pa Tani. Pa Tani téh manusa. Manusa téa hararak jeung sagala beuki deuih!”
“Sing percaya wé atuh ka uing!”
Jempé sajongjongan. Pok Sakadang Monyét nyarita deui.
“Lain, Sakadang Kuya, uing téh kabita ku Pa Tani.”
“Kabita kumaha?”
“Kabita ku cara hirupna, meni asa garenah. Geura baé, mun hayang barangdahar, teu kudu kukurilingan heula néangan dahareun cara urang. Béas kari nutu. Atuh deungeunna kari ngala di kebon. Geus puguh sabangsa lalab mah. Asal daék ngalana. Kabéh aya di kebonna.”
“Atuh kudu daék ngebon Jang, mun hayang kitu mah.”
“Enya, kumaha lamun ayeuna urang ngebon nurutan Pa Tani? Meureun mun hayang baranghakan téh teu kudu kukurilingan heula cara ayeuna. Kari ngala wé di kebon.”
“Alus tah, Jang, pikiran téh. Ngan melak naon nya anu pantes keur urang?”
“Ku lantaran uing mah karesep téh cau, kumaha upama melak tangkal cau?”
“Hih, da uing ogé resep kana cau mah!”
Duanana sapogodos rék melak cau.
“Tapi di mana melakna?” Sakadang Monyét nanya.
“Ah, di dinya wé tah, di hilir, di sisi leuwi. Di dinya aya tanah kosong, meujeuhna mun ku urang dikebonan téh. Tanahna ogé alus di dinya,” témbal Sakadang Kuya.
“Naha lain di girang wé atuh, deukeut ka basisir?”
“Di dinya mah tanahna kurang hadé, geus campur jeung keusik.”
Sapuk baé rék ngebon cau di tanah kosong sisi leuwi.
Ari binihna rék ngala di kebon Pa Tani. Kabeneran Pa Tanina keur euweuh. Malah dina ayana ogé, moal ambek sugan ari dipénta binih cau mah. Asal ulah diala cauna wé, komo anu geus asak dina tangkal mah.
Bring atuh Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyét indit ka kebon Pa Tani.
“Ari Sakadang Kuya rék melak naonana?” Jang Onyé nanya.
“Uing mah rék melak anakna wé.”
“Har, atuh lila kana buahanana ari melak anakna mah.”
“Éh, da kitu biasana, ari melak cau mah kudu anakna.”
“Ah, teu kitu! Uing mah rék melak jantungna wé,” ceuk Sakadang Monyét.
“Naha?”
“Ari Sakadang Kuya, bodo téh dibéakkeun ku sorangan. Yeuh, ari cau téh asalna tina jantung. Anu matak uing mah arék melak jantungna, ambéh téréh kaala buahna,” ceuk Sakadang Monyét bari semu ngécé ka Sakadang Kuya.
“Ah, uing mah rék nurutkeun tali paranti wé, melak anakna, anak cau.”
“Heug atuh, Sakadang Kuya melak anakna, uing melak jantungna. Ayeuna mah urang paheula-heula buahan! Pasti pelak uing anu pangheulana buahan mah!” ceuk Sakadang Monyét, yakin pisan.
Caritana éta dua sobat téh geus marelak cau di tanah nu di sisi leuwi téa. Sakadang Kuya melak anakna, anak cau, ari Sakadang Monyét melak jantungna.
Saminggu ti harita, pelak cau téh ditaréang.
“Sakadang Kuya, pelak cau téh geus kumaha?” Sakadang Monyét nanya.
“Karak lilir nu uing mah. Ari nu Sakadang Monyét geus kumaha?”
“Geus beukah, sakeudeung deui ogé geura, bijil buahna,” ceuk Sakadang Monyét, bungah naker.
Saminggu deui ti harita, maranéhna naréang deui pelak cauna.
“Sakadang Kuya, pelak cau téh ayeuna geus kumaha?” ceuk Sakadang Monyét.
“Anu uing mah geus bijil pucuk. Ari nu Sakadang Monyét kumaha?”
“Pelak uing mah atung-atung énéh aé,” témbal Sakadang Monyét ngabéléhém. Maksudna mah jantung-jantung kénéh baé.
Selang saminggu, pelak cau téh ditaréang deui.
“Ayeuna geus kumaha pelak cau téh,” Sakadang Monyét nanya.
“Tuh, geus bijil pucuk tilu. Ari nu Sakadang Monyét?”
“Atung-atung énéh aé.”
Beuki lila, pelak cau Sakadang Kuya beuki ngagedéan, malah morontod jadina ogé, kawantu tanahna subur. Ari pelak jantung Sakadang Monyét mah, tibatan jadi kalah ka buruk. Nampuyak digembrong laleur.
“Ning alah uyuk sia mah!” ceuk Sakadang Monyét bari nalapung pelak jantungna. Sakadang Kuya ukur mésem nénjo kalakuan Sakadang Monyét kitu téh. Na jero haténa mah nyeungseurikeun, bari ngagerentes, “Dasar kokolot begog! Henteu umum atuh melak cau jantungna mah!”
Ahirna di dinya téh ngan aya pelak cau anu Sakadang Kuya. Geus kitu mah diarantep wé, teu ditéang-téang deui. Engké cenah lamun kira-kira buahna geus arasak, rék ditéang deui bari sakalian diala.

Read more »

23 Desember 2012

Karena Terlalu Cantik, Melissa Dipecat dari Pekerjaan


Pengadilan di Iowa membenarkan tindakan seorang dokter gigi yang memecat asistennya karena ia dianggap terlalu cantik. Kecantikan perempuan bernama Melissa Nelson itu membuat istri dari dokter gigi tersebut cemburu dan meminta suaminya mengganti Perempuan itu dengan orang lain.
Dokter gigi yang bernama James Knight tersebut mengatakan Melissa seringkali menggunakan pakaian seksi ketika bekerja. Ia pun mengaku pernah beberapa kali mengirimkan sms mesra kepada Melissa.
Melissa menyatakan ia tidak pernah bermaksud untuk menggoda atasannya itu selama bekerja. Ia juga tidak menyatakan tidak pernah menanggapi sms-sms mesra yang dikirimkan oleh bosnya itu. Melissa sendiri telah bekerja untuk James sekitar 10 tahun.
Sms mesra yang dikirimkan James kepada Melissa itu kemudian dilihat oleh istri James. Istrinya itu pun meminta James untuk memecat Melissa karena ia takut perempuan itu akan merusak perkawinan pasangan tersebut, seperti diberitakan emirates 247, Minggu (23/12/2012).
Tidak terima akan pemecatannya, Melissa pun mengajukan tuntutan ke pengadilan. Melissa menyebut pemecatannya itu diskriminatif karena apabila ia seorang pria maka istri atasannya tidak akan melihat dia sebagai masalah.
Namun pengadilan menolak tuntutan dari Melissa, para hakim yang menangani kasus tersebut menyatakan dokter gigi itu dapat memecat Melissa apabila kecantikannya dilihat sebagai gangguan walaupun Melissa sendiri tidak pernah menggoda atasannya secara langsung.
Melissa sendiri dipecat james pada tahun 2010 lalu, namun keputusan pengadilan akan kasus tersebut baru keluar pada Jumat (21/12/2012) kemarin.

Read more »

Rekam Jejak Perjalanan Aceng Fikri Bupati Garut


Tahun 2008 Aceng HM Fikri dan Diky Candra terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Garut periode 2009-2014, setelah memenangi Pilkada Garut dalam dua putaran sebagai calon dari jalur independen.
Tanggal 5 September 2011, Diky Candra mengundurkan diri. 10 Mei 2012, Agus Hamdani terpilih sebagai Wakil Bupati pengganti Diky Candra. Seiring dengan proses pemilihan Waki Bupati, Aceng Fikri pun santer disebut-sebut melakukan jual beli jabatan wabup.
11 Juni 2012, mobil dinas bekas Diky Candra yang biasa digunakan Aceng, mengalami tabrakan beruntun di Tol Cipularang. Mobil itu dikemudikan seorang wanita muda bernama Puti Harissa Pratidhina, warga Sukajadi Bandung. Keberadaan wanita misterius itu, sampai saat ini belum terungkap.
14 Juli 2012, Aceng menikahi Fany Octora secara siri. Saat itu, usia Fany masih 17 tahun 8 bulan. Hanya berselang empat hari, Aceng menceraikan Fany melalui SMS.
23 November 2012 muncul berita pernikahan siri dan kilat Aceng HM Fikri dengan Fani Octora di sejumlah media masa. Hari itu juga, Aceng mengklarifikasi soal pernikahan sirinya serta berencana akan menuntut balik keluarga Fany Octora. 24 November 2012 keluarga Fani menyatakan siap menghadapi tuntutan Aceng.
Desember 2012, Partai Golkar menyatakan bahwa Aceng HM Fikri di pecat dari kepengurusan Golkar. 3 Desember 2012, Komite Penyelamat (Komat) Kab. Garut yang dikomandani H. Usep Romli menyerahkan pernyataan sikap berupa “Resolusi Limbangan” ke DPRD Kab. Garut. Mereka menuntut DPRD memberhentikan Aceng Fikri sebagai Bupati Garut.
3 Desembe 2012, Fany Octora melaporkan Aceng Fikri ke Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri dengan tiga tuduhan, yaitu penipuan, pencemaran nama baik, dan kekerasan dalam rumah tangga.
5 Desember 2012, DPRD membentuk Pansus untuk melakukan investigasi atas pernikahan siri Aceng Fikri dengan Fany Octora. Hari yang sama Aceng Fikri melakukan islah dengan keluarga Fani.
5 Desember 2012, muncul pengakuan dari Bambang Koosbayono, warga Karawang yang menyebutkan bahwa Aceng pun pernah menikahi anaknya, Shinta dan diceraikannya setelah dua bulan menikah.
6 Desember 2012, Pansus DPRD memanggil Aceng Fikri untuk dimintai keterangannya soal nikah sirinya yang berlansung singkat.
6 Desember 2012, muncul lelaki bernama Asep Rahmat Kurnia Jaya yang mengadukan kasus penipuan ke Polda Jabar. Dia mengaku menjadi korban penipuan Aceng saat proses pemilihan Wakil Bupati pengganti Diky Candra.
7 Desember 2012, Polda Jabar memanggil Aceng untuk dimintai keterangannya. Namun saat itu, Aceng Fikri jatuh sakit dan dirawat di RS Santosa Bandung.
10 Desember 2012, Aceng Fikri memenuhi panggilan Polda dan dicecar 26 pertanyaan.
13 Desember 2012, Pansus kasus Aceng mendatangi DPR RI dan Mendagri untuk berkonsultasi terhadap kasus pernikahan singkat Aceng.
14 Desember 2012, Pansus kasus Aceng menemui Komnas Perlindungan Anak. Dalam pertemuan itu, Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait menegaskan bahwa Aceng dan orangtua Fany bisa dipidana karena kasus pernikahan anak dibawah umur. 17 Desember 2012 Pansus telah selesai mengumpulkan data-data. 18 Desember 2012 suasana di Garut terasa mencekam, menjelang rapat paripurna laporan hasil investigasi Pansus kasus Aceng.
19 Desember 2012 Pansus melaporkan hasil investigasinya dalam sidang paripurna. Kesimpulannya, Panus menyatakan Aceng Fikri melanggar aturan, norma dan etika jabatan. 20 Desember 2012 suasana di Garut terasa semakin mencekam. 21 Desember 2012, rapat paripurna DPRD Garut dengan agenda mendengar pandangan fraksi-fraksi digelar. Hasilnya, enam fraksi menyatakan setuju dengan Pansus bahwa Aceng Fikri melanggar aturan, norma dan etika jabatan. Mereka sepakat agar Aceng diusulkan untuk diberhentikan kepada Mendagri. Sementara dua fraksi tidak bersikap.

Read more »

Story of Bobotoh Persib (2)


Kecintaan Budi Firmansyah (33), warga Dusun Jajawar Kulon RT 03/01 Desa Jajawar, Kecamatan Banjar, Kota Banjar terhadap Persib Bandung memang sudah tak diragukan lagi. Bahkan baginya, Persib itu sudah dianggapnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Sunda.
Lelaki ini sudah menganggap bahwa Persib itu salah satu bagian budaya Sunda yang memiliki nilai-nilai budaya luhur. Itu artinya, menjunjung tinggi Persib, sama artinya dengan menjunjung tinggi budaya Sunda. Makanya, dia memberi nama anaknya dengan nama Persib, atau lengkapnya “Hamas Persib El-Barca” yang menurut Budi, nama itu mengandung arti “Semangat jati diri urang Sunda yang mendapat keberkahan”.
Budi mengakui, pemberian nama Hamas Persib El Barca membawa berkah tersendiri bagi anak tersebut. Hamas Persib mempunyai pembawaan yang lain dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
"Anak saya ini sepertinya lebih menyukai tantangan dan mempunyai prinsip yang sangat kuat. Jika dilarang naik ke kursi misalnya, ia tetap akan berusaha naik sambil melihat ke arah orangtuanya. Jika melakukan sesuatu misalnya tidur, akan langsung dilaksanakan," kata Budi Firmansyah bangga.
Sebagai orang tua, Budi berharap nantinya Hamas Persib bisa berbuat sesuatu yang positif bagi bangsa dan negara ini. "Mungkin menjadi pemain bola terkenal, kerena bakat main bolanya sudah terlihat sejak dini," harapnya.
Dia menambahkan, karena saking cintanya terhadap Persib Bandung, setiap kali Lebaran tiba, dirinya selalu meminta kepada istrinya untuk diberikan baju Lebaran berupa baju Persib. Jadi, ketika sebagian besar umat muslim menggunakan baju koko saat lebaran, Budi tetap menggunakan kaos Persib.
Ya, bagi bobotoh sejati seperti Budi Firmansyah, Persib Bandung bukan hanya klub sepak bola yang mesti dibela harkat martabatnya, melainkan juga sebuah idiologi jati diri urang Sunda. Soalnya, hanya bersama Persib inilah budaya Sunda bisa lebih menggema di tanah air bahkan internasional.
"Pokona kanggo abdi mah Persib teh sanes skadar klub mengbal. Tapi tos janten identitas, jati diri, jeung budaya urang Sunda jeung Jawa Barat. Jadi lalajo Persib teh ngarupakeun ritual budaya urang Sunda," tutur pria yang pernah mengenyam pendidikan di STIE Widya Wiwaha Yogyakarta itu.
Kecintaan Budi terhadap Persib merupakan bakat warisan dari orangtuanya. Saat dirinya masih anak-anak mulai usia enam tahun, ayahnya kerap membawa Budi menonton langsung pertandingan-pertandingan Persib. "Ya orang tua saya inilah yang membuat saya jatuh cinta dan nge-fan banget kepada Persib," ungkap staf Desa Jajawar tersebut.

Read more »

ANTARA News