Translate

07 Februari 2013

Didi Kempot Rambah Musik Pop Sunda


Didi Kempot, penyanyi campursari asal Jawa Tengah melambung namanya berkat lagu-lagu Jawanya. Namun pria kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 bernama asli Didi Prasetyo ini kini tengah menggarap lagu Sunda.
Bersama DH Production, putra dari pelawak terkenal dari Solo, Ranto Edi Gudel ini tengah mengerjakan album kompilasi pop sunda. "Lagu yang berjudul 'Jodo Moal Kamana' adalah lagu bahasa sunda pertama saya, yang akan hadir dalam album kompilasi pop sunda dengan judul 'Bentang-Bentang Jilid III'," kata Didi saat ditemui di DH Production, Jalan Cilengkrang I, Kota Bandung, Rabu (6/2/2013).
Didi mengatakan keterlibatannya di musik Sunda iberawal dari tawaran DH Production untuk gabung di album 'Bentang-Bentang Jilid III'. Dia mengaku tak perlu menunggu waktu lama, saat tawaran itu datang langsung disabetnya.
"Lirik bahasa Sunda menjadi tantangan tersendiri, untuk itu saya berani mengambil tawaran ini. Setidaknya butuh waktu dua hari agar saya dapat beradaptasi dengan bahasa Sunda," ujarnya.
Lebih lanjut dia menuturkan bernyanyi lagu dengan bahasa Sunda, merupakan momentum bersejarah selama berkarir di dunia tarik suara. Mengingat ‘Jodo Moal Kamana’ merupakan lagu Pop Sunda pertamanya.
Dia menambahkan kesediaan membawakan lagu sunda, merupakan salah satu bentuk penghargaan dari seniman ke seniman. Sementara album 'Bentang-Bentang Jilid III sendiri akan didukung sejumlah artis meliputi grup Debu, Evie Tamala, dan almarhum Darso.

Read more »

Inilah Visi Misi Cagub/Cawagub Jabar


Lima pasangan Cagub/Cawagub Jawa Barat 2013-2018 memaparkan visi dan misinya di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat Jabar. Pemaparan tersebut dilakukan dalam sebuah Rapat Paripurna Istimewa DPRD di Gedung DPRD Jabar, Kamis (7/2/2013).
Saat masuk dalam ruang rapat, kelima pasangan calon disambut melalui prosesi pengalungan kembang melati. Para pasangan calon lantas duduk di sayap bagian timur ruang rapat. Tak ketinggalan istri masing-masing calon juga menempati posisi yang sama tepatnya di belakang tempat duduk calon.
Rapat dibuka secara resmi oleh Ketua DPRD Jabar Irfan Suryanegara. Kemudian dipaparkan tata tertib rapat, salah satunya penyampaian visi dan misi hanya berlangsung searah. Rapat juga diawali dengan pidato Ketua KPU Jawa Barat, Yayat Hidayat. Dalam sambutannya, dia menyatakan, kelima pasangan calon merupakan orang-orang terpilih yang layak memimpin Jabar.
Pemaparan visi dan misi diberikan kepada pasangan calon dengan durasi waktu 20 menit. Pemaparan dilakukan secara berurutan sesuai dengan nomor urut yang ditetapkan KPU Jabar. Berikut visi dan misi para kandidat.
Pasangan nomor urut 1, Dikdik MA Mansyur-Cecep Toyib. Pasangan ini mengusung visi Tawadhu (Tertib, Aman, Wibawa, Asri, Dinamis, Harmonis dan Unggul). Sedangkan misi tertuang dalam Sapta Karya Dharma Raharja, diantaranya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis budaya.
Pasangan nomor urut 2, Irianto MS Syarifudin (Yance)-Tatang Farhanul Hakim. Pasangan ini mengusung visi Mulia (Makmur, Unggul, Lestari, Inovative dan Agamis). Sedangkan misi tertuang dalam 7 sektor diantaranya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis Iptek.
Pasangan nomor urut 3, Dede Yusuf-Lex Laksamana. Pasangan ini mengusung visi Babarengan (Bahagia, Sejahtera, Berkarya) menuju Jabaraya (Jawa Barat Berjaya). Sedangkan misi tertuang dalam Tri Bakti yakni menjemput desa tertinggal, berdaya babarengan serta berkah dalam keragaman.
Pasangan nomor urut 4, Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Pasangan ini mengusung Jabar Maju dan Sejahtera untuk Semua. Sedangkan misi tertuang dalam pembangunan masyarakat yang berdaya saing.
Pasangan nomor urut 5, Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki. Pasangan ini mengusung Jabar Baru Jabar Bersih. Intinya pasangan ini berjanji akan membersihkan korupsi.
Usai pemaparan, seluruh pasangan calon lantas berjalan kaki menuju Lapangan Gasibu. Di tempat tersebut kelima pasangan mendeklarasikan kampanye damai.

Read more »

Akibat Sambaran Petir, Lima Kios di Pasar Rajapolah Ludes Terbakar


Diduga akibat sambaran petir, lima kios di Pasar Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya terbakar, Selasa (5/2) sekitar pukul 18.00 kemarin. Tak ada korban jiwa dalam kebakaran itu, hanya saja kerugian materi akibat kebakaran itu mencapai ratusan juta rupiah.
Kebakaran Pasar Rajapolah ini berlangsung di saat hujan deras yang mengguyur daerah Rajapolah dan sekitarnya, dibarengi dengan kilatan petir. “Saat hujan deras, petir terus bersahut-sahutan,” kata H. Acep, salah seorang warga setempat.
Salah satu kilatan petir diduga menyambar kios kelontongan yang ada di Pasar Rajapolah, sehingga memunculkan api. Selanjutnya, api dengan cepat membesar dan merembet ke kios lainnya, satu demi satu. “Awalnya ada petir. Tiba-tiba api muncul dari kios milik Endang (45) yang berjualan kelontongan,” kata dia.
Kendati sedang hujan deras, lanjutnya, namun api dengan cepat membesar dan merembet ke empat kios lainnya. Warga yang mengetahui adanya kebakaran langsung bahu membahu memadamkan api. Namun api makin membesar.
Danramil 1205 Rajapolah Kapt (Inf) Fauzi mengatakan, api begitu cepat membesar dan merembet ke kios lainnya. "Sebelumnya, kami bersama warga mencoba untuk memadamknan api dengan alat seadanya dari air got, tapi api makin membesar," ungkapnya.
Kejadian tersebut membuat panik warga, khususnya yang pemilik kios. Mereka berdatangan untuk menyelamatkan kios dan barang dagangannya, karena khawatir api akan semakin besar dan merembet ke kiosnya.
Sekitar satu jam kemudian, lima unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menangani kebakaran di Pasar Rajapolah ini. Akhirnya, sekitar pukul 19.20 api dapat dipadamkan.
Lima kios yang terbakar adalah dua kios sembako milik Endang, kios milik Tantan, kios burung milik Deni, dan kios kue milik Ny. Ai. Sementara kios baso milik Trisno Diharjo hanya terbakar atapnya saja sebagian.

Read more »

05 Februari 2013

Nyangku, Kearifan Lokal Panjalu


Setiap bulan Mulud, pemangku masyarakat Panjalu menggelar tradisi Nyangku. Upacara membasuh benda pusaka Prabu Borosngora itu, sudah menjadi agenda yang melekat. Bukan benda pusaka Prabu Borosngora saja yang dibersihkan, konon diantaranya ada pedang pusaka milik Sayidina Ali.
Peristiwa budaya Nyangku, kali ini digelar Senin (4/2). Ribuan warga berdatangan, bukan saja dari Panjalu, tetapi juga dari daerah Priangan Timur, Bandung, dan sekitarnya. Sejak hari Sabtu pengunjung sudah berdatangan dari berbagai penjuru.
Tradisi Nyangku sudah menjadi ajang untuk refleksi. Merenungi kearifan lokal para karuhun yang masih dipelihara sampai kini. Tradisi tahunan yang biasa digelar pada hari Senin atau Kamis setiap bulan Mulud itu dipusatkan di alun-alun Panjalu. Selain beberapa tempat kunci di kawasan Situ Lengkong Panjalu.
Prosesi pembasuhan benda pusaka digelar di alun-alun Panjalu menyiratkan kesan sakral. Usai pembasuhan, airnya menjadi rebutan pengunjung.
Juru Kunci Bumi Alit, Usup Sanusi mengatakan, kegiatan ini selalu dilakukan secara rutin setiap tahun sebagi bentuk penghormatan terhadap Parabu Sanghiang Borosngora atas jasa–jasanya, sebagi Raja Galuh penyebar agama Islam pertama. “Tradisi ini jangan sampai dijadikan musrik tetapi untuk diambil hikmahnya yakni sebagai mencucikan diri dan silaturahmi,” jelasnya
Bupati Ciamis H. Engkon Komara, memandang tradisi ini harus dipertahankan. “Kita ambil hikmahnya sebagi ajang silaturahmi baik itu untuk warga Panjalu sendiri maupun warga dari luar Panjalu. Maknai sebagai mencuci hati kita supaya bisa menjadi lebih baik lagi,” katanya.

Read more »

04 Februari 2013

Balita Tanpa Anus di Rajapolah


Penderitaan keluarga miskin seakan tak pernah berakhir. Seorang balita usia tiga tahun mengalami penyempitan anus sejak lahir hingga balita ini harus menahan sakit saat buang air besar (BAB). Ironisnya, pihak keluarga tak berani membawa balita malang ini berobat secara medis karena tak ada biaya.
Korban adalah Jejen (3), putra bungsu dari pasangan Enjon (43) dan Empat (39) warga Kampung Tanjung, Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut kedua orang tuanya, sejak bayi Jejen kerap menangis karena manahan sakit saat hendak BAB. Jejen dinyatakan mengalami penyempitan anus sejak usia dua bulan. Namun karena ketiadaan biaya, kedua orang tua tidak bisa menjalani operasi pembuatan anus.
“Saat itu Jejen kerap menangis dan muntah-muntah. Saat diperiksa Jejen dinyatakan penyempitan anus. Namun kami tidak bisa mengoperasi karena tidak memiliki biaya,” ujar Empat (39), ibu penderita kepada wartawan, Sabtu (2/2).
Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Kemensos yang mendapat laporan adanya bayi penderita penyempitan anus mengunjungi kediaman Jejen untuk mendapatkan pengobatan dan operasi di RS Hasan Sadikin. Dengan didampingi anggota TRC dan kedua orang tuanya, Jejen pun dijemput dan diberangkatkan ke RS Hasan Sadikit, Sabtu (2/2). Korlap TRC Kemensos RI, Isep Seprian mengatakan, selain memfasilitasi pengobatan dan operasi, pihaknya juga bertanggung jawab biaya hidup selama di rumah sakit.

Read more »

ANTARA News