Translate

09 November 2012

Pilkada Langsung Harus Dipertahankan


Pemilihan kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun wali kota, secara langsung harus dipertahankan sebagai sarana pembelajaran demokrasi bagi rakyat. Demikian dikatakan Pengamat politik, Ikrar Nusa Bhakti. "Pilkada langsung perlu dipertahankan sebagai sarana pembelajaran demokrasi politik bagi rakyat," kata Ikrar di sela seminar "Evaluasi Kritis Pemilihan Kepala Daerah Era Reformasi" yang digelar FISIP Universitas Riau, di Pekanbaru, Jumat.
Menurut profesor riset di Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, pemilu langsung diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nurani.
Soal biaya besar yang harus dikeluarkan dalam pemilu langsung, menurut Ikrar, hal itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung. "Mustahil bagi seorang calon kepala daerah untuk tidak mengeluarkan ongkos politik yang cukup besar," katanya.
Untuk pembayaran uang saksi saja ongkos yang harus dikeluarkan bisa mencapai Rp1 miliar hingga Rp3 miliar. Ia tidak sependapat dengan anggapan bahwa pemilihan kepala daerah secara langsung hanya menyuburkan praktik politik uang. Menurutnya, politik uang tidak selalu berkorelasi dengan pilihan masyarakat. "Rakyat mungkin tetap akan menerima uang yang diberikan calon kepala daerah dalam berkampanye, akan tetapi belum tentu mau menjatuhkan pilihan yang salah," katanya.
Terpilihnya Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama secara meyakinkan di Pilkada DKI Jakarta mengalahkan Fauzi Bowo yang merupakan calon petahana merupakan contoh bagaimana rakyat memilih pemimpin yang mereka kehendaki.
Menurut Ikrar, warga Jakarta telah memberi contoh yang baik bagi rakyat di seluruh Indonesia bahwa pelaksanaan pilkada bukan sesuatu yang membosankan, menyebalkan, atau menyeramkan, melainkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Pilkada Jakarta dapat dijadikan barometer pelaksanaan pilkada lainnya di Indonesia yang akan mencapai sekitar 100 pilkada gubernur, bupati, dan walikota pada 2014--2015."Pilkada DKI Jakarta bisa menjadi contoh bagaimana demokrasi dapat terlaksana dengan baik," katanya.
Sumber : Antara

Read more »

Bima NTB Diguncang Gempa 5,3 SR


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi gempa bumi tektonik berkekuatan 5,3 Skala Richter, di barat laut Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat, pukul 22.07 WIB.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kotabumi Lampung, Chrismanto, gempa 5,3 SR di Bima itu berada pada wilayah dengan koordinat 7.93 derajat Lintang Selatan (LS) dan 117.60 derajat Bujur Timur (BT), 60 km barat laut Bima, NTB.
Kedalaman pusat gempa ini 22 km.
Sumber : Antara

Read more »

Kementerian BUMN Akan Tambah Satu Perusahaan

Kepala Biro Hukum Kementerian BUMN, Hambara, menyebutkan bahwa Kementerian Badan Usaha Milik Negara berencana menambah satu perusahaan sehingga total ada 142 perusahaan yang akan dikelola kementerian tersebut. Menurutnya, saat ini jenis usaha yang dikelola oleh BUMN cukup beragam yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, mulai dari perusahaan peternakan, perkebunan, minyak dan gas bumi hingga perusahaan penggerak tenaga kerja. "Namun perusahaan yang mengelola usaha `outsourcing` (alih daya) belum ada. Kemungkinan sebentar lagi ada perusahaan untuk `outsourcing," katanya.
Ia mengatakan tidak menutup kemungkinan BUMN akan mengelola usaha alih daya yang kini sedang menjadi pembahasan alot antara pemerintah dengan para pengusaha."Mungkin saja ada BUMN yang mengelola usaha `outsourcing`. Soalnya `outsourcing` menjadi perhatian pemerintah," katanya.
Menurut dia saat ini telah terbentuk Forum Hukum BUMN yang akan mengkaji tentang berbagai kasus hukum yang mendera beberapa perusahaan BUMN. "Beragamnya tugas BUMN tidak bisa dilepas dari regulasi sektoral. Kadang regulasi yang tidak dikawal bisa menjadi bumerang sehingga forum itu melakukan kajian terhadap undang-undang (UU) yang sudah ada dan yang akan ada," katanya.
Sumber : Antara

Read more »

Djadjang Nurdjaman : Jika Persib Juara Musim, Surprise!


Bandung - Jika Persib Bandung berhasil menjadi juara Indonesia Super League (ISL) musim ini, menurut Pelatih Djadjang Nurdjaman hal tersebut sama saja dengan kejutan luar biasa. Kendati demikian, dia mengatakan tetap berusaha agar mampu memenuhi target yang diinginkan manajemen, sebagai konsekuensi yang diambilnya untuk menjadi pelatih Maung Bandung.
"Kalau kita juara, surprise banget. Idealnya kita masuk posisi empat besar. Realistisnya begitu. Tapi target yang diberikan harus diterima. Itu konsekuensi pelatih. Bukan berarti saya tidak siap. Kita tetap berusaha keras untuk memenuhi target yang diberikan," ujar Djanur kepada wartawan di Mes Persib, Jalan Ahmad Yani, Bandung seperti dilansir Inilah.Com (9/11/2012).
Mantan asisten pelatih Pelita Jaya musim lalu ini mengatakan, membuat tim dengan materi pemain untuk menjadi juara, butuh proses yang cukup panjang. Dia pun menyadari tidak ada prestasi yang lahir secara instan. "Idealnya satu musim nggak cukup membangun tim. Minimal dua musim, baru bisa mapan. Waktu zaman saya dulu, lama sekali baru akhirnya bisa jadi tim yang kuat," ucapnya.
Dia pun mengakui, ingin juara dengan cara instan bukan solusi yang baik dan justru memberatkan. Paling tidak, menurutnya, memperbaiki peringkat dari musim sebelumnya adalah solusi terbaik untuk sebelum menembak trofi liga. "Instan seperti itu agak memberatkan. Ya saya akui, salah satu faktor ingin buru-buru itu tidak tepat. Tapi keputusan tetap ada di manajemen. Tetap yang pasti saya akan berusaha. Minimal capaian terbaik, saya bisa membawa Persib lebih baik di musim sebelumnya dalam peringkat klasemen liga," tandasnya.

Read more »

Sinopsis Film Rhoma Irama, Gitar Tua


Bagi penggemar film Rhoma Irama, berikut adalah sinopsis dari film yang berjudul "Gitar Tua". Film ini melibatkan beberapa artis, antara lain Rhoma Irama, Yati Oktavia, A. Hamid Arif, Aminah Cendrakasih, Kelly Jones, Netty Herawati, C.J. Beslar, Beng Ito, M. Aminthahir, Hendro, Daeng Hasan Rate, Andi Marga, Umar Bani, Etty Sumiati, Doddy Hayqel, Ade Irawan, Doddy Sukma, Daeng Harris, Norma Maulana, Shanti Pawaka, Soneta Group, ratusan ribu figuran.
Rhoma dan Ani sebenarnya sudah begitu saling mencintai. Bahkan, keluarga kedua pihak pun sudah menyepakati rencana pernikahannya. Akan tetapi, dasarnya ayah Ani tidak setuju jika Ani menikah dengan seniman.
Sampai pada suatu saat ketika Rhoma sedang tur show keliling Sumatera, datanglah Insinyur Dana bertugas membantu di perkebunan milik ayah Ani. Ayah Ani lebih setuju menikahkan Ani dengan Dana daripada dengan Rhoma. Si ayah selalu menahan surat-surat Rhoma untuk Ani.
Sementara itu, Rhoma juga tidak pernah menerima surat dari Ani lantaran surat-surat itu ditahan oleh Santi, pasangan nyanyi Rhoma, yang sebenarnya jatuh cinta juga kepada Rhoma. Putusnya komunikasi itu menyebabkan Ani menjadi salah paham. Apalagi ketika Ani menyaksikan Rhoma menggandeng Santi. Padahal, Rhoma melakukan itu dalam rangka membujuk Santi agar mau rekaman. Sebelumnya, lantaran cintanya ditolak, Santi tidak sanggup menyelesaikan merekam suara untuk lagu Lukaku walaupun sudah memakan waktu tiga jam.
Kecewa dengan apa yang dilihatnya, Ani menerima saja dikawinkan dengan Dana. Tak lupa undangan dikirimkan kepada Rhoma. Rhoma yang sangat terkejut menerima undangan itu menganggap bahwa dirinya diundang untuk dicabik-cabik hatinya di hadapan orang banyak. Maka hadirlah Rhoma dalam pernikahan Ani dan menyanyikan lagu Derita.
Ani melewatkan minggu-minggu pengantin dengan terbaring sakit. Dia selalu merindukan Rhoma. Sampai akhirnya Rhoma datang menjenguk Ani. Melihat kenyataan bahwa cinta Ani hanya kepada Rhoma, Dana rela menyerahkan Ani kepada Rhoma.
Lagu-lagu: Derita, Do Mi Sol, Gitar Tua, Janji, Kiamat, Santai, 135.000.000. Ide Cerita: Rhoma Irama. Supervisor Sutradara/Skenario: Drs. Sjumandjaja. Juru Kamera: Sjam. Pimpinan Produksi M. Aminthahir. Produser : Jackson Arief & Sjamsuddin. Sutradara: Maman Firmansyah. Produksi: PT Sjam Studio. Studio: Perfini Jakarta. Laboratorium: Universal Laboratory Ltd. Hong Kong.

Read more »

Akibat Kanker Mata, Hidup Rizka (4) Menjadi Gelap


Rizka Nurul Ilmi (4) tampak terlihat tertidur lemas dengan ditemani ibunya Ny. Yani (37) yang setia menunggunya sambil sesekali mengibaskan kain sarung untuk mengusir lalat yang kerap mendekati tubuh munggil anaknya. Anak ketiga dari pasangan Ny. Yani (37) dan Rusli (40), Warga Kampung Cicariang Jalan Cibeuti No.10 Kelurahan Kersamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tersebut terpaksa harus menjalani kehidupan yang gelap gulita, setelah dokter memvonisnya mengidap kanker mata (retina mata ganas (retina blesto) dengan kedua mata bengkak bahkan mata bagian kirinya terlihat seperti akan keluar (Kabar-Priangan, 8/11/2012).
Sesekali Rizka Nurul merengek dan meminta agar ibunya tidak jauh dari dirinya seolah tak mau ditinggalkan. Namun tak lama kemudian anak itu kembali terlihat tertidur walaupun sudut bibirnya terlihat meringis menahan sakit. Parahnya lagi, selain kanker di mata, hampir seluruh tubuh Rizka terlihat sangat kurus bahkan sudah agak susah digerakkan. Menurut ibunya, oleh medis Rizka juga divonis menderita kelainan darah (telasemia). Sehingga ia kini hanya bisa terbaring lemas.
Menurut Ny. Yani, saat lahir 4 tahun lalu, tak terlihat ada kelainan di tubuh Rizka. Bahkan menurut Yani, saat lahir kedua mata Rizka terlihat bening dan bercahaya, tak beda dari mata bayi pada umumnya. Adapun gejala kelainan di mata Rizka mulai terlihat saat ia berusia 3 tahun yang diawali oleh gejala sakit gigi yang berkepanjangan.
Sebenarnya, lanjut Yani, awal-awal gejala penyakit mata yang diderita Rizka terjadi saat keluarganya merantau di Kepulauan Batam Provinsi Riau. Sehingga, kata dia, Rizka sempat mendapatkan pengobatan di Kepulauan Batam baik pengobatan tradisional, ke rumah sakit termasuk pengobatan alternatif.
Namun kondisi penyakit mata Rizka semakin parah. Ia pun mencoba memeriksakan mata anaknya ke dokter di RS Batam. Dan setelah diperiksa oleh dokter anaknya divonis menderita kanker mata ganas dan oleh dokter rumah sakit disarankan membawa anaknya ke RSCM di Jakarta dan rumah sakit mata Cicendo Bandung.
Karena kesulitan biaya, saran dari dokter tersebut tidak lantas dituruti. Baru setelah ia didaftarkan sebagai pasien Jamkesmas oleh pihak pemerintahan setempat, barulah ia membawa anaknya ke Cicendo Ban­dung dan itupun hanya diperiksa dimana selanjutnya dirujuk ke RSHS Bandung untuk dirawat.
Dengan pertimbangan lebih dekat ke Tasikmalaya, maka oleh keluarganya Rizka dibawa Ke RS Mata Cicendo Bandung. Di mana “Bahkan anak saya juga divonis menderita kelainan darah (telasaemia) sehingga diharuskan diperiksa darah secara rutin.

Read more »

Pencurian Motor di Ciamis Terekam CCTV


Ciamis - Para penjahat kini tak bisa gegabah beraksi. Pasalnya tindak-tanduk kejahatan kini bisa teridentifikasi lewat gambar yang direkam oleh CCTV. Boleh jadi lolos dari pengawasan petugas, tapi bila sudah terekam kamera, tinggal menunggu waktu dicokok.
Seperti dilansir Kabar-Priangan (8/11/2012) aksi pencurian sepeda motor di Kantor Dinas Keuangan dan Aset Daerah Ciamis, terekam kamera CCTV, Rabu (7/11). Pencuri berhasil menggondol motor yang terparkir di tempat parkir Kantor Dinas Keuangan dan Aset Daerah.
Motor Honda Supra X 125 New dengan nopol Z 2989 TT, miliki Iyus Jayusman warga Handapherang RT13/17 kecamatan Ci­jeungjing. Jayus, pegawai di kantor Dinas Keuangan dan Aset daerah kehilangan motor sekitar pukul 07.15, ketika korban akan menggunakan motor untuk keperluan ke luar kantor. "Pas saya melihat ke tempat dimana motor saya di simpan sudah tidak, saya langsung lihat ke CCTV ternyata betul motor saya di bawa maling," kata Iyus.
Dalam rekaman CCTV terlihat pelaku datang berdua dengan menggunakan sepeda motor, satu orang pelaku mendekati motor milik pegawai kantor tersebut dan satu lagi mengawasi kondisi sekitar dari motor, dengan seketika pelaku langsung membawa kabur setlah merusak kontak dengan kunci leter T. "Boleh jadi, aksi pelaku luput dari perhatian petugas keamanan karena pelaku melakukan aksinya sangat cepat,"ujar Iyus.
Sementara itu Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Ciamis AKP Shohet membenarkan terjadinya aksi pencrian yang terekam oleh CCTV, ia mengatakan pihak kepolisian akan terus melakukan penyelidikan lebih lanjut dari rekaman CCTV. "Kami akan mengambil rekaman tersebut untuk ke­perluan penyelidikan lebih lanjut," tandasnya.
Televisi sirkuit tertutup atau biasa disebut dengan CCTV itu merupakan kamera video untuk mengirim sinyal ke sebuah tempat yang tertutup pada satu set monitor terbatas. Di antaranya untuk memproteksi lingkungan dari kejahatan, termasuk penyelidikan.

Read more »

08 November 2012

Dikeroyok Gara-Gara Komentar di Facebook


Gara-gara memberi komentar tak menyenangkan tentang baju yang dikenakan temannya di facebook, seorang wanita di Kuala Lumpur bersama suami dan adik perempuannya dikeroyok 10 orang bersenjata kayu dan parang.
Pengeroyokan tersebut terjadi ketika korban, Lisa (18), yang ditemani suami dan adiknya bertemu dengan rekan facebooknya itu di sebuah perhentian bus di Kepong Baru, Kuala Lumpur pada Selasa dinihari (6/11/2012) untuk meminta maaf atas komentar yang membuat rekannya itu tersinggung.
"Saya mengenalnya melalui FB sejak setahun lalu dan kerap ngobrol, tapi tidak pernah berjumpa," kata Lisa yang bekerja di sebuah salon itu seperti dikutip media-media lokal di Kuala Lumpur dan dilansir Antara (8/11/2012).
Korban tidak menyangka rekannya itu begitu marah akibat komentarnya, bahkan setelah ia beberapa kali minta maaf. Apalagi itu bukan pertama kali mereka bercanda seperti itu. "Seperti dijanjikan, saya bersama suami dan adik perempuan berjumpa dengannya di perhentian bus dan terkejut saat melihat dia membawa seorang lelaki dan empat wanita lain. Begitu bertemu, mereka tanpa berbicara langsung mengeluarkan kayu dan parang," katanya.
Menurut Lisa, rekannya itu kemudian menghubungi empat lelaki lagi untuk mengeroyoknya. "Saya, suami dan adik dipijak, ditampar, dan ditumbuk di muka selain dipukul pada badan dan kepala," ujarnya.
Kepala Unit Kriminal Kuala Lumpur, Datuk Ku Chin Wah mengatakan pihaknya telah menerima laporan mengenai peristiwa tersebut dan akan mengusutnya berdasar Seksyen 323 dan 506 Kanun Keseksaan.

Read more »

Cadar Dipakai Koruptor Sampai Teroris, Ironi!


Terpidana kasus teroris, Rocki Apris Dianto (29), melarikan diri dari tahanan Polda Metro Jaya dengan menggunakan cadar. Dia berhasil mengelabui sejumlah penjaga termasuk tiga anggota Densus 88. Sebelumnya memang ada puluhan wanita bercadar yang menjenguk tahanan lain. Rocki yang merupakan anggota teroris jaringan Klaten ini memanfaatkan situasi untuk menyamar dan kabur.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Suhardi Alius, menyangka kaburnya Rocki sudah direncanakan. Apalagi ada tamu yang sengaja membawakan jubah dan cadar. Imbasnya, polisi akan memeriksa pengunjung bercadar lebih ketat lagi. Apalagi dalam beberapa penggerebekan, terduga teroris kabur dengan menggunakan cadar.
Soal cadar, dahulu juga sempat mencuat di Komisi Pemberantasan Korupsi. Wanita-wanita yang tersangkut kasus korupsi tiba-tiba tampil berjilbab dan bercadar. Dharnawati, terpidana kasus suap pejabat Kemenakertrans ini tiba-tiba tampil dengan jilbab dan cadar hitam. Neneng Sri Wahyuni, Istri Nazaruddin, juga tiba-tiba tampil berjilbab dan bercadar, Padahal sebelumnya tak berjilbab.
Sosiolog Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah, Musni Umar, menilai penggunaan cadar memang tak ada aturannya dalam Islam. Wanita tak diwajibkan menutup seluruh wajahnya. Tapi cadar dipandang sebagai hal yang identik dengan simbol wanita Muslim. Karena itu tak sepantasnya jilbab dan cadar digunakan untuk menyamarkan identitas atau untuk melakukan tindakan teror yang tak terpuji.
"Sangat prihatin dengan apa yang dilakukan koruptor dan teroris menggunakan simbol-simbol agama. Mereka mungkin mengenakan jilbab dan cadar bukan karena kesadaran keagamaan. Tapi cuma menutup identitas, agar tidak diketahui, ingin mengelabui masyarakat," kata Musni Umar seperti dilansir merdeka.com (7/11/2012). Musni berharap hal ini tidak lagi dilakukan karena merusak citra wanita bercadar. Tentunya kasihan mereka yang benar-benar bercadar karena ingin berhijab.
Lalu perlukah ada aturan agar tidak boleh bercadar di pengadilan atau tahanan? "Saya kira tak perlu ada aturan hukum, karena tidak etis juga melarang orang bercadar. Tapi dalam agama pun tidak perlu menutup muka sampai hanya terlihat mata. Jangan sampai cadar malah menyembunyikan identitas dan digunakan untuk menghilangkan identitas," tutup Musni.

Read more »

Laratan Cihaurbeuti dalam Sejarah Bandung

Tahun 1628 Sultan Agung menugasi Dipati Ukur membantu pasukan Mataram menyerang Kompeni di Batavia. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa. Namun Bahureksa tidak mengadakan hubungan dengan Dipati Ukur. Oleh karena itu Dipati Ukur tidak dapat melakukan perundingan dengan Bahureksa.
Pada waktu yang telah ditentukan, Dipati Ukur memimpin pasukannya bergerak menuju Batavia untuk menyerang Kompeni. Ketika pasukan dipeti Ukur tiba di Batavia, ternyata pasukan Mataram belum datang. Oleh karena itu, Dipati Ukur gagal mengusir Kompeni dari Batavia. Kegagalan itu terjadi karena ketidakseimbangan persenjataan dan tidak mendapat dukungan dari pasukan Mataram. Padahal seharusnya pasukan Mataram yang menjadi kekuatan ini penyerangan, dibantu oleh pasukan Dipati Ukur.
Atas kegagalan menjalankan tugas dari raja Mataram, rupanya Dipati Ukur berpikir, daripada ia menerima hukuman berat dari Sultan Agung, lebih baik ia tidak setia lagi terhadap Mataram. Dipati Ukur beserta sejumlah pengikutnya mengabaikan kekuasaan Mataram dan melakukan gerakan memberontak terhadap Mataram.
Sikap Dipati Ukur tersebut segera diketahui oleh penguasa Mataram. Pihak Mataram berusaha keras menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Bila pemberontakan itu tidak segera ditumpas, akan merugikan pihak Mataram. Dengan bantuan beberapa kepala daerah di Priangan, antara lain Ki Astamanggala dari Umbul Cihaurbeuti.
Akhirnya pemberontakan Dipati Ukur dapat dipadamkan. Menurut versi Mataram, Dipati Ukur tertangkap dan dihukum mati di Mataram. Sebaliknya, versi Priangan menyatakan bahwa orang yang tertangkap dan dihukum mati itu bukan Dipati Ukur, melainkan orang yang dikira oleh pihak Mataram adalah Dipati Ukur.
Menurut Sajarah Sumedang (babad), pemberontakan Dipati Ukur terhadap Mataram berakhir pada tahun awal tahun 1632. Dengan berakhirnya pemberontakan Dipati Ukur yang berarti berakhir pula masa jabatan Dipati Ukur sebagai Wedana Bupati Priangan, maka di daerah Priangan terjadi kekosongan pemegang jabatan wedana bupati. Bagi pihak Mataram, keadaan itu dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak politik di Priangan. Tidak mustahil tiap kepala daerah setempat bermabisi menjadi wedana bupati. Tidak mustahil pula pengikut setia Dipati Ukur melanjutkan gerakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Sementara itu, pihak Mataram tetap berusaha untuk menguasai Priangan, karena daerah itu penting artinya sebagai daerah pertahanan Mataram di bagian barat terhadap kemungkinan serangan Kompeni atau pasukan Banten.

Pembentukan Kabupaten Bandung
Untuk menghindari terjadinya gejolak di daerah Priangan yang akan merongrong kekuasaan Mataram, di daerah itu Sultan Agung melakukan reorganisasi pemerintahan. Wilayah Priangan (di luar Sumedang dan Galuh) dipecah menjadi tiga kabupaten, yaitu Bandung, Sukapura (sekarang Tasikmalaya), dan Parakanmuncang (sekarang sebuah desa di daerah Cicalengka). Pembentukan ketiga kabupaten itu ditandai dengan pengangkatan Ki Astamanggala (Umbul Cihaurbeuti) sebagai Bupati Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun, Tumenggung Wiradadaha (Umbul Sukakerta) sebagai Bupati Sukapura, dan Tumenggung Tanubaya (Umbul Sindangkasih) sebagai Bupati Parakanmuncang. Pelantikan ketiga bupati itu berlangsung di ibukota Mataram dan dinyatakan dalam “Piagem Sultan Agung” bertanggal 9 Muharam Tahun Alip, penanggalan Jawa (Lihat Lampiran).
Piagem tersebut jelas merupakan bukti sejarah yang kuat dan sumber primer yang menyatakan adanya daerah bernama Bandung dan di daerah itu dibentuk pemerintahan kabupaten. Dengan kata lain, tanggal 9 Muharam Tahun Alip itulah Hari Jadi Kabupaten Bandung, sekaligus hari jadi Kabupaten Sukapura dan Kabupaten Parakanmuncang.
Menurut penafsiran F. de Haan seorang ilmuwan Belanda dalam bukunya berjudul Priangan; De Preanger Regentschappen Onder het Nederlandsch Bes-tuur Tot 1811, jilid III (1912), tanggal 9 Muharam Tahun Alip identik dengan tanggal 20 April 1641. Akan tetapi menurut perhitungan Prof Dr. Mr. Soekanto dan Dr. J. Brandes, tanggal 9 Muharam Tahun Alip bertepatan dengan tanggal 16 Juli 1633. Dalam hal ini Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung memilih tanggal 20 April 1641 sebagai hari jadi Kabupaten Bandung4.
Setelah ketiga orang bupati tersebut di atas dilantik oleh Sultan Agung di ibukota Mataram, mereka kembali ke daerah kabupaten masing-masing dan mencari tempat untuk ibukota kabupaten. Menurut naskah Sejarah Bandung, Tumenggung Wiraangunangun (Ki Astamanggala) dari Mataram kembali ke daerah Priangan dan menuju Timbanganten. Di sana ia terdapat 200 cacah di bawah pimpinan Raden Ardisuta, putera Demang Reksakusuma. Dengan membawa cacah tersebut, Tumenggung Wiraangunangun kemudian menuju suatu tempat di tepi Sungai Citarum dekat muara Sungai Cikapundung, tidak jauh dari pertemuan Sungai Citarum dengan Sungai Citarik (daerah Kabupaten Bandung bagian selatan). Tempat itu dibangun menjadi ibukota Kabupaten Bandung dengan nama Krapyak (Dayeuhkolot sekarang).
Krapyak dipilih sebagai ibukota kabupaten rupanya dengan beberapa ertimbangan. Pertama, tempat itu terletak di tepi sungai Citarum dan tidak jauh dari muara Sungai Cikapundung. Dengan demikian, dari segi kepentingan komunikasi dan transportasi, lokasi Krapyak cukup baik, karena waktu itu transportasi yang cukup cepat hanya dapat dilakukan melalui sungai yang dapat dilayari perahu atau rakit. Kedua, lahan daerah Krapyak cukup subur dan dekat dengan sumber air, sehingga sangat memungkinkan bagi berlangsungnya ke- hidupan penduduk.
Boleh jadi, setelah Bupati Bandung berkedudukan Krapyak itulah bupati mulai menyusun struktur pemerintahan dengan mengangkat pejabat- pejabat bawahan bupati, yaitu patih, juru tulis (sekretaris) kabupaten, jaksa, penghulu, demang/kepala cutak (kepala distrik), dan lain-lain. Pejabat-pejabat itu biasanya masih ada hubungan keluarga dengan bupati.
Untuk menjalankan pemerintahan tentu dibangun infrastruktur. Namun rupanya infrastruktur yang dibangun di Krapyak masih sangat terbatas. Boleh jadi infrastruktur utama yang dibangun hanya pendopo, itupun dalam bentuk sangat sederhana. Dalam surat seorang Belanda bernama Tency yang ditujukan kepada N. Engelhard (7 Juli 1794), antara lain disebutkan bahwa “di ibukota Kabupaten Bandung waktu itu terdapat sebuah bangunan terbuat dari papan yang memiliki empat ruangan. Selain itu tidak ada lagi bangunan besar”. Dapat dipastikan yang dimaksud dengan bangunan itu adalah pendopo kabupaten, kantor bupati sekaligus tempat tinggal bupati beserta keluarganya.
Dalam menjalankan tugasnya, bupati dibantu oleh para pejabat bawah- annya seperti pada masa sebelumnya. Setelah Kompeni bertindak lebih intensif, kedudukan dan kekuasaan bupati menjadi menurun, karena Kompeni turut campur dalam pemerintahan kabupaten, tanpa berunding terlebih dahulu dengan bupati. Di kantor kabupaten ditempatkan seorang pejabat bangsa Eropa untuk mengawasi pelaksanaan Preangerstelsel, khususnya penanaman kopi yang makin ditingkatkan.
Pergantian bupati secara turun-temurun yang semula diakui oleh Kompeni, kemudian ditentukan oleh penguasa Kompeni. Akan tetapi dalam prakteknya pergantian bupati terus berlangsung secara turu-temurun. Hal itu dibiarkan oleh Kompeni, karena Kompeni tidak memiliki pengaruh terhadap rakyat. Ruang lingkup kekuasaan Kompeni hanya sampai pada bupati. Namun Kompeni tidak dapat bertindak tegas terhadap bupati. Secara garis besar hal itu disebab oleh dua faktor. Pertama, jabatan bupati tidak dapat diserahkan kepada pihak lain, selain keturunan bupati, karena hanya keturunan bupati yang memiliki kharisma dan pengaruh besar untuk menjalankan pemerintahan tradisional dan menggerakkan rakyat. Kedua, pentingnya peranan bupati bagi keperluan Kompeni, khususnya untuk keberhasilan Preangerstelsel, terutama keuntungan dari produksi kopi.
Sampai dengan akhir kekuasaan Kompeni (akhir abad ke-18), bupati yang memerintah Kabupaten Bandung dengan ibukota Krapyak berjumlah enam orang secara turun-temurun, yaitu Tumenggung Wiraangunangun (hingga tahun 1681), Tumenggung Ardikusumah (1681-1704), Tumenggung Anggadireja I (1704-1747) putra bupati kedua, Tumenggung Anggadireja II (1747-1763) putra bupati ketiga, Tumenggung Anggadireja III alias R.A. Wiranatakusumah I (1763-1794) putra bupati keempat, dan R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) putra bupati kelima.
Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Wiranatakusumah II, tepatnya akhir Desember 1799 kekuasaan Kompeni di Nusantara termasuk di Priangan berakhir. Hal itu terjadi karena VOC bangkrut akibat para pejabatnya melakukan korupsi.
Dicutat tina Tulisan A. Sobana Hardjasaputra

Read more »

Andi Mallarangeng Terancam Dicopot dari Kabinet

Jakarta -
Terkait dugaan keterlibatannya dalam kasus korupsi pembangunan Sport Centre Hambalang, Andi Mallarangeng dikabarkan terancam akan direshuffle dari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Ketua DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, berkeyakinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengambil sikap tegas terhadap Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang juga Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat tersebut.
Menuut Ruhut, pemberitaan terkait keterlibatan Menteri Andi dalam penyalahgunaan anggaran pembangunan proyek tersebut secara tidak langsung akan menghambat kinerja pemerintahan SBY dan mencederai citra Partai Demokrat di mata masyarakat. "Setelah ada alat bukti pasti dicopot dari menteri. Sebagai apapun. Termasuk sebagai Sekretaris Dewan Pembina," kata Ruhut kepada Okezone di Jakarta, Rabu (7/11/2012) malam sebagaimana dilansir Okezone.Com.
Anggota Komisi Hukum DPR ini lantas mempertanyakan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sampai saat ini masih belum bersikap tegas, seperti menemukan dua alat bukti atas keterlibatan Andi dalam proyek tersebut. "Kata KPK belum ada alat bukti, Demikian banyak alat bukti, masak cari dua alat bukti saja enggak bisa," tanya Ruhut.
Ruhut mengaku jika selama ini, kasus yang membelit Andi serta Ketua Umum Anas Urbaningrum tersebut menjadi beban tersendiri bagi partainya. "Dua kader kami ini (Anas dan Andi) tolonglah jangan memberi beban kepada Pak SBY. Banyak tugas-tugas berat yang dilakukan oleh Pak SBY sebagai negarawan," sambungnya.
Oleh sebab itu, untuk kesekian kalinya, Ruhut kembali menyarankan agar kedua tokoh partai tersebut dengan ikhlas mengundurkan diri. hal ini dinilai bisa mengurangi beban moral yang selama ini diemban Partai Demokrat. "Bukan kita tak menghormati praduga tak bersalah. Tapi kaitan dengan tokoh parpol yang saya takutkan sanksi sosial bukan sanksi hukum. Karena itu nama yang disebut dengan legowo mundur. Kalau mau kebakar, kebakar saja sendiri, jangan ajak Partai Demokrat," tegasnya.

Read more »

Makam Putri Firaun Ditemukan di Kairo


KAIRO - Sebuah makam berusia 4.500 tahun di bagian selatan Kairo telah ditemukan oleh Arkeolog dari Republik Ceska. Makam itu adalah tempat peristirahatan terakhir putri Firaun.
Makam putri Shert Nebti tersebut dikelilingi empat makam lain milik pejabat tinggi dari dinasti ke-lima, di masa 2.500 sebelum masehi.Demikian Kepala Departemen Egyptian and Greco-Roman Antiquities di Antiquities Ministry, Mohammed El-Bialy seperti dilansir Sci-Tech Today, Kamis (8/11/2012).
Di ruang depan menuju makam putri Firaun itu terdapat lima pilar batu kapur dan pahatan hieroglyph. Penggalian yang dilakukan sekarang juga telah mengungkap keberadaan ruang depan berisi sarkofagus (peti kubur) empat orang pejabat dan patung-patung pria, wanita serta anak-anak.
Di makam tersebut juga ditemukan tulisan yang menunjukkan bahwa sang putri adalah keturunan raja Men Salbo. El-Bialy berpendapat penemuan tersebut masih pada tahapan awal dan situs purbakala yang berada di komplek Abu Sir itu ditutup untuk umum.
"Dia adalah putri raja, tapi hanya dia saja yang makamnya ditemukan di sana dan dikelilingi empat pejabat. Pertanyaannya adalah akankah kami menemukan makam lain di dekatnya dalam waktu dekat ini?" ujar El-Bialy. "Kami belum mengetahui apa-apa mengenai ayahnya yang seorang raja atau ibunya, tapi kami berharap penemuan berikutnya akan memperjelas hal ini," imbuhnya.

Read more »

07 November 2012

Persib Siap Hadapi Persisam, Arema dan Persipura


Bandung - Persib mendapat undangan untuk melakoni turnamen segi empat. Turnamen tersebut akan mempertemukan Persisam Samarinda, Pelita Arema, Persib, dan Persipura Jayapura. Turnamen tersebut merupakan turnamen biasa sebelum digelarnya turnamen resmi PT Liga Indonesia, Inter Island Cup 2012 yang rencananya bakal digelar awal Desember mendatang.
"Kita mendapat undangan kemarin. Jadi ada surat dari Jakarta, yang ingin menggelar turnamen di Bandung. Pesertanya Persisam, Persipura, Arema, sama Persib. Soal waktu pelaksanannya kita belum tahu. Sekarang masih menunggu kepastiannya. Tapi yang pasti turnamen itu dimulai sebelum Inter Island," demikian dikatakan Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar seperti dilansir INILAH.COM, Selasa (7/11/2012).
Lanjut Umuh, turnamen tersebut masih belum jelas karena CEO PT LI Joko Driyono belum mendapat tembusan terkait event tersebut. "Kemarin saya juga telepon Pak Joko. Tapi dia belum tahu. Ya, kita tunggu saja nanti keputusannya. Tapi yang pasti kita siap," ucapnya.
Disinggung mengenai nama turnamen tersebut, Umuh belum tahu karena dalam surat yang diterima PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), masih berupa surat undangan biasa. "Nama turnamennya belum ada. Tunggu saja nanti," pungkasnya.

Read more »

Obama Menang (Lagi)

Washington -
Setelah berlangsung sangat ketat, pemilihan presiden Amerika Serikat dipastikan memberikan kemenangan bagi capres incumbent Barack Obama.
Menurut kantor berita CNN, Rabu (7/11/2012) seperti dilansir Detik.com, Obama telah mengungguli Romney dengan meraih 274 suara electoral college. Sementara Romney mendapatkan 201 suara electoral college.
Dengan kondisi ini sudah bisa dipastikan Obama kembali terpilih menjadi Presiden AS! Sebabnya untuk menjadi pemenang, kandidat harus meraih 270 suara electoral college.
Namun untuk perolehan suara terbanyak, Romney unggul dibandingkan Obama. Romney sejauh ini berhasil mendapatkan popular vote sebanyak 40.912.963 suara atau 50 persen. Sementara Obama mengumpulkan 39.906.972 suara atau 49 persen.

Read more »

Gelar Pahlawan untuk Soekarno Hatta


Berdasarkan putusan “Sidang Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan” tahun ini, Presiden SBY hari ini menganugerahkan gelar kepahlawanan kepada dua proklamator kemerdekaan RI, Soekarno dan Muhammad Hatta.
Ketua sidang, Menko Polhukam Djoko Suyanto, sebagimana dilansir Merdeka.Com (17/11/2012) menyatakan penganugerahan gelar pahlawan ini adalah juga dalam rangka memperingati Hari Pahlawan tanggal 10 November besok.
Setelah 64 tahun Indonesia merdeka, mengapa baru sekarang Soekarno dan Hatta mendapat gelar pahlawan nasional? Pakar hukum tata negara yang juga merupakan anggota Dewan Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan itu, Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa kedua proklamator ini seperti diasingkan saat pemerintahan zaman orde baru. Hal tersebut disebabkan pada dampak tercemarnya nama Soekarno dalam pemberontakan G-30-S/PKI. Soekarno diduga terlibat dalam pemberontakan yang menewaskan beberapa Jenderal tersebut. Bahkan, dugaan keterlibatan Soekarno tertulis dalam pertimbangan TAP XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno.
"Bahwa ada petunjuk-petunjuk, yang Presiden Sukarno telah melakukan kebijaksanaan yang secara tidak langsung menguntungkan G-30-S/PKI dan melindungi tokoh-tokoh G-30-S/PKI," demikian isi dari ketetapan yang dikeluarkan tanggal 12 Maret 1967. Meskipun Soeharto telah lengser, namun dampak politik ketetapan TAP XXXIII/MPRS/1967 itu dinilai belum selesai.
Menurut Jimly, masih perlu adanya upaya rehabilitasi sesuai UUD NKRI 1945. "Masih perlu tindakan rehabilitasi sesuai UUD '45," tegasnya.

Read more »

06 November 2012

Di Singapura : TKI Dipajang dan 'DIJUAL' di Mal


Iklan TKI on Sale di Malaysia beberapa waktu lalu, belum surut dari ingatan publik Indonesia. Kini kasus serupa terjadi di Singapura. Di negara itu, tepatnya di Bukit Timah Plaza Singapore, ditemukan banyak tabung reklame neon tentang penjualan pekerja rumah tangga asal Jawa.
Hal itu disampaikan anggota DPR, Eva Kusuma Sundari, yang mendapat informasi dari seorang Warga Negara Indonesia (WNI) di Negeri Singapura itu, Senin (5/11). "Tidak saja info yang diiklankan dan CV masing-masing TKW yang ditempel di kaca, tetapi para TKW ini diberi seragam dan diminta duduk berjajar layaknya barang dagangan dipajang untuk dipilih para pembeli," kata Eva dalam siaran persnya.
Iklan tersebut juga memuat sistem 'pembelian' TKW asal Jawa dengan cara tidak memberi gaji selama enam bulan. "Ini menyedihkan, karena di UEA (Uni Emirat Arab) sendiri pemerintahnya melarang potongan gaji tiga bulan sekali pun. Celakanya, cara 'menjual' TKW Jawa yang demikian ini dilakukan oleh banyak agensi di mal-mal seantero Singapura," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini sebgimana dilansir Merdeka.Com (5/11/2012).
Menurut Eva, cara 'penjualan' TKW di mal Singapura ini nyaris mendekati penjualan budak di zaman pertengahan. Hal ini lebih tragis dari Malaysia dan Yordania yang iklannya berupa selebaran-selebaran sembunyi. "Bedanya (di Singapura) adalah adanya unsur sukarela dari TKW dan ada keterlibatan (kelalaian) negara (pengirim maupun penerima) di dalamnya," ujar dia.
Eva menyayangkan penjualan TKW di Singapura tersebut. Ketika semua negara sepakat menghapus perbudakan, kata dia, praktik komodifikasi manusia justru berlanjut dengan kemasan lebih modern, seperti di mal-mal. "Bagaimana sistem hukum di dua negara yang pasti antiperbudakan rawan dibobol? Di tanah air sendiri, bagaimana TKW-TKW ini diberangkatkan tanpa job order?" demikian pungkasnya.

Read more »

Kiper Timnas Italia Ternyata Berdarah Indonesia


Siapa sangka, kiper Timnas U-16 Italia adalah pemain keturunan Indonesia. Emilio Audero Mulyadi. Emil, penjaga gawang utama tim Juventus Allievi (usia di bawah 17 tahun), usianya baru menginjak 15 tahun dan digadang-gadang sebagai kiper masa depan.
Emil lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan dua tahun lalu Emil masih tinggal di Indonesia. Ayah Emil juga seorang Warga Negara Indonesia. Awal petualangannya di persepakbolaan Negeri Pizza itu dimulai ketika dia meninggalkan Indonesia dan mulai bergabung dengan salah satu klub Italia.
Setelah mengikuti beberapa pertandingan dengan klub tersebut, pihak Bianconeri tertarik dan langsung menghubungi Emil sekaligus mengundangnya untuk mengikuti beberapa sesi latihan bersama Juventus Allievi. Setelah puas melihat aksi Emil, Juventus pun kemudian menjanjikan bakal memasukkan namanya sebagai pemain mereka.
"Ketika saya bermain untuk salah satu klub di Italia, saya mengikuti beberapa kali training session dengan Juventus, dan setelahnya Juventus mengatakan pada saya bahwa mereka tertarik pada saya dan tahun depan saya adalah pemain Juventus," papar Emil, seperti dilansir indonesiantalent.net dan Okezone.Com (5/11/2012).
"Benar saya lahir di Indonesia, akan tetapi saya tidak memiliki paspor Indonesia. Ayah saya orang Indonesia dan saya juga tinggal di Indonesia sekitar dua tahun lalu," lanjut pemain kelahiran 18 Januari 1997. Emil mengaku belum melupakan keindahan Indonesia, terlebih tempat dia tinggal dulu memiliki pantai-pantai yang indah. Suatu saat bukan tak mungkin dia bisa mengunjungi tanah kelahirannya itu. "Saya sangat menyukai pantai-pantai yang ada di Indonesia dan berselancar di sana, Pantai Selong Belanak menjadi favorit saya, karena sangat indah," pungkasnya.

Read more »

05 November 2012

Sumberjaya, Cihaurbeuti

Sumberjaya berasal dari dua kata, “Sumber” dan “Jaya”. Sumber identik dengan sumber kehidupan yaitu air. Air sebagai sumber kehidupan, tiada makhluk yang dapat bertahan hidup tanpa terpenuhi kebutuhannya akan air. Konon, dari sekian banyak sumber mata air (Cinyusu) yang ada di Sumberjaya, selalu mengering ketika musim kemarau tiba, kecuali satu yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Cinyusu tersebut berada di sebuah lembah yang diatasnya berdiri sebongkah bukit yang diyakini oleh masyarakat merupakan situs tua peninggalan leluhur (Karuhun) bernama Mbah Garudajaya, seorang digjaya nan gagah perkasa, meninggal saat perlawanan Hindia Belanda sekitar pertengahan abad ke 17 Masehi. Berdasarkan nama leluhur tersebut maka diambil nama belakangnya, Jaya.
Sumber lain menerangkan, nama adalah sebuah harapan. Mengartikan secara sederhana kata Sumberjaya dapat memberi arti dan memaknainya, termasuk memaklumi harapan yang terkandung pada nama Sumberjaya. Demikian para sesepuh pada saat itu menamai desa hasil pemekaran pada Tahun 1979 dengan nama Sumberjaya, dengan harapan akan menjadi sebuah desa yang religius, berkekuatan dalam kemandirian untuk kelangsungan (survive) serta kemajuan dalam segala bidang kehidupan.
Kebudayaan masyarakat Sumberjaya yang ada sejak zaman dahulu diantaranya tradisi Ngaruat Lembur, Ziarah, Salamaten Opat Bulanan, dan Salametan Tujuh Bulanan, Numbal Bumi, Nyarang, dan sebagainya.
Adapun Cagar Budaya yang terdapat di Sumberjaya diantaranya Makam Eyang Dalem Garudajaya; konon tersebar di tiga titik tersebar di Nanggela Kaler dan Cigarunggang, Makam Eyang Ras Ratukusumah dan Eyang Rangga Gading di Cigarunggang, Makam Eyang Salem di Cipeuceuk, Makam Satria Kembar di Buniasih Landeuh, serta makam tokoh masyarakat Sumberjaya lainnya.
Pada bidang ekonomi, yang menjadi ciri khas Sumberjaya adalah home industry kerajinan anyaman pandan dan bambu, dengan hasil produksinya berupa tikar, tas, bilik, dan sebagainya. Juga terdapat sebuah danau (situ) seluas lebih kurang 7.000 m2, terkenal dengan nama Situ Ereng, merupakan salah satu asset desa yang terletak di Antralina, yang merupakan potensi besar untuk ditata menjadi sebuah kawasan objek wisata alam.
Secara administratif pemerintahan, Sumberjaya merupakan desa pemekaran dari Desa Cihaurbeuti pada tanggal 16 Februari 1979, pada waktu itu Desa Cihaurbeuti dipimpin oleh Kepala Desa (Kuwu) Cholil Alamsjah. Sebelum pemekaran, Desa Cihaurbeuti berpenduduk sebanyak 10.682 orang; tersebar di 13 (tiga belas) dusun, yaitu Desa Kaler, Desa Tengah, Desa Kidul, Baketrak, Jengkol Pandak, Selajambe, Buniasih Tonggoh, Buniasih Landeuh, Sompok, Cipeuceuk, Cigarunggang, Nanggela dan Antralina, dengan luas wilayah sekitar 870 Hektar.
Sumberjaya pada awal dibentuk memiliki luas wilayah sekitar 420 Hektar, terdiri dari 6 (enam) dusun, yakni Nanggela, Antralina, Cigarunggang, Cipeuceuk, Buniasih Landeuh dan Sompok, dengan jumlah penduduk sebanyak 5.449 orang. Cholil Alamsjah, Kepala Desa Cihaurbeuti saat itu; hasil Pilkades Cihaurbeuti tahun 1975, merupakan penduduk asli Dusun Nanggela, salah satu dusun yang masuk wilayah desa pemekaran; Sumberjaya, menjadi kepala desa pertama di Sumberjaya.
Dalam perkembangannya, melalui Keputusan Bupati Ciamis Nomor 141/Kpts.56-Huk/2010, tanggal 08 Februari 2010; Jumlah dusun di Desa Sumberjaya bertambah menjadi 7 (tujuh) dusun, dengan dimekarkannya Dusun Nanggela menjadi 2 (dua); yakni Nanggela Kaler dan Nanggela Kidul. Sebagai konsekwensi logis dari pemekaran dusun, dalam upaya pembenahan lembaga kemasyarakatan desa setingkat RT/RW; mitra kerja dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan Desa, telah terjadi pemekaran dari 31 RT menjadi 47 RT, dari 12 RW menjadi 22 RW, dengan konsep sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Sumber-sumber pendapatan Desa Sumberjaya, diantaranya adalah Bengkok (Tanah Carik) hasil dari tanah titisara desa, hasil usaha desa, bantuan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, serta bantuan lain yang tidak mengikat.
Adapun silsilah kepemimpinan Desa Sumberjaya adalah sebagai berikut : (1) Cholil Alamsjah (1979-2002), (2) H. E. Kusnadi (2002-2008), (3) Endang Kosim (2008 s/d sekarang).
Sumber : sumberjaya-cihaurbeuti.blogspot.com

Read more »

Ponpes Fadris Berencana Dirikan Perguruan Tinggi

Cisayong, untuk mengembangkan pendidikan, pondok pesantren Fat-hiyyah Al-Idrisiyyah (Fadris) berencana akan mendirikan Perguruan Tinggi (PT) di bawah naungan Yayasan Al-Idrisiyyah. Saat ini pihak pesantren yang beralamat di Pagendingan, Desa Jatihurip, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya itu sudah mempersiapkan pesyaratan-persyaratan administrasi dan bangunan. Bahkan, untuk persyaratan pendirian PT tersebut pihak pengurus juga sudah menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia (STAIINDO) Jakarta.
“Mudah-mudahan 2014 mendatang sudah mulai menerima mahasiswa baru. Saat ini masih melengkapi administrasi termasuk mempersiapkan bangunannya,” ujar pimpinan Ponpes Fathiyyah Al-Idrisiyyah, Syekh M. Fathurahman kepada wartawan disela-sela menerima kunjungan Ketua MUI DKI Jakarta, KH Mundzir Tamam, MA yang juga Ketua STAIINDO, Jum’at (2/11) malam sebagaimana dilansir Kabar.Priangan.Com (5/11/2012).
Menurutnya, PT itu nantinya akan dilengkapi tiga fakultas yang terdiri dari Fakultas Perbankan Syariah, Akuntasi dan Manajemen. Didirikannya PT ini karena sesuai dengan tujuan pesantren yakni membangun tiga program. Al-Idrisiyyah merupakan bagian dari organisasi Islam yang manhajnya adalah Tarekat, dimana selain menjalankan program dakwah dan ekonomi, juga fokus dalam program pendidikan yang kesemuanya terintegrasi dalam perjalanan Tarekat.
“Dari ketiga program tersebut tidak bisa berdiri sendiri, namun saling membutuhkan dan mendukung dalam satu manajemen terpusat,” ucapnya.
Dikatakan, Al-Idrisiyyah dalam hal ini tidak hanya memelajari konsep Islam saja, tapi juga merealisasikan bentuk-bentuk usaha ekonomi yang bermuara kepada syari’at Islam. Seperti BMT (Baitul Maal wat Tamwil), perdagangan, perikanan, dan lain-lain.
Terkait sumber daya manusia (SDM), Syekh M. Fathurahman mengatakan, pihaknya berusaha untuk mendatangkan SDM dosen-dosen dari kalangan Tarekat Al-Idrisiyyah sendiri, dan saat ini sudah dipersiapkan untuk menjadi pengajar di PT. Adapun mengenai pembangunan gedung PT itu akan dilaksanakan di sekitar kompleks ponpes, namun masih menunggu studi kelayakan, sehingga bangunan tidak mengurangi keindahan dan kekhusyuan beribadah.
Sementara itu, kunjungan STAIINDO ke pondok pesantren Fathiyyah Al-Idrisiyyah tersebut merupakan yang kedua kalinya. Namun kedatangan kali ini, rombongan yang berjumlah 18 orang yang terdiri dari ketua jurusan dan para dosen itu dipimpin langsung oleh Ketua STAIINDO yakni KH. Munzir Tamam, MA yang juga ketua MUI DKI Jakarta.

Read more »

Lesbumi NU Tasikmalaya Minta Pelaksanaan STQ Dikaji Ulang

Tasikmalaya - Ketua Lesbumi NU (Lembaga Seni Budaya Muslim Nahdlatul Ulama) Kota Tasikmalaya, Aan Farhan menuntut pelaksanaan STQ (Seleksi Tilawatil Qur’an) tingkat Kota Tasi­malaya dikaji ulang. Pasalnya, STQ kerap diwarnai transfer pemain luar daerah yang jelas akan mengancam potensi daerah itu sendiri. “Kami berani jamin, saling ‘bon’ pemain telah menjadi rahasia umum, dan Pemerintah harus meng­kaji ulang pelaksanaan ini,” kata Aan di Sekretariat Lesbumi, Jalan Dr. Soekardjo No. 47, Jum’at (2/10) sebagaimana dilansir Kabar-Priangan.Com (4/11/2012).
Aan menuturkan, banyak­nya transfer pemain seperti di dunia olahraga sepak bola telah mencederai hakikat STQ. Kesucian Alquran terkesampingkan, serta orientasi official ha­nya mengejar prestise daripada prestasi sebenarnya. “Bagi kami sudah sangat ngeri, demi nama baik Kecamatan, rela jual-beli pemain demi target juara,” tandasnya.
Aan pun menghimbau Panitia untuk selektif dalam menerima peserta dengan adanya keterangan yang bisa dipertanggungjawabkan terkait domisili. “Jangan cukup keterangan domisili atau KTP saja, karena identitas apapun dapat dengan mudah diakali,” terang Aan.
Sementara itu, Koordinator Dewan Hakim STQ, Didi Hudaya tidak menampik kalau adanya peserta yang “dibon” official Kecamatan. Menurutnya, meski hal itu telah menjadi rahasia umum, bukan wewenang dia untuk menyeleksi peserta karena kewenangan Dewan Hakim sebatas penilaian. “Coba ke Kemenag, karena pihak Kemenag yang menerima pendaftaran,” kata Didi.
Di lain pihak, Dewan Pembina STQ Kecamatan Purbaratu yang juga Camat Purbaratu Ade Hendar, membantah kalau ada transfer pemain di kafilah Purbaratu. Meski Purbaratu keluar sebagai Juara Umum, tuturnya, bukan karena pemain luar, tetapi dari potensi asli daerah.
“Kalau warga Purbaratu yang “masantren” di daerah lain seperti Bandung dan Cianjur memang ada. Terus, pihak keluarga meminta pulang untuk menjadi peserta. Tetapi kalau sampai transfer saya pastikan tidak ada,” tegasnya. Dan untuk teknis juga, kata Ade, diserahkan ke jajaran LPTQ Kecamatan.
Begitupun disampaikan Camat Cibeureum, Guswana. Menurutnya, sebelum menjadi peserta, pihak LPTQ Kecamatan telah menyeleksi berbagai persyaratan menyangkut KTP. Dan, ia juga tidak sepakat kalau ada transfer pemain di setiap even STQ.

Read more »

Bungkam Sriwijaya, Persib Juara Celebes Cup 2012


Bandung - Setelah puasa selama 17 tahun, Persib Bandung akhirnya merengkuh trofi perdananya. Gelar juara Celebes Cup II sukses Maung Bandung raih usai menaklukkan Sriwijaya FC di final.
Sebagaimana dilansir Inilah.Com (5/11/2012), dalam pertandingan yang dihelat di Stadion Siliwangi, Minggu (4/11/2012) malam WIB, Persib sukses membungkam perlawanan Sriwijaya FC 1-0 berkat gol tunggal Muhammad Ridwan pada menit ke-46.
Gol yang diciptakan Ridwan terbilang cukup cantik. Menerima umpan George Parfait Mbida Messi, Ridwan kemudian melepaskan tendangan yang diarahkan ke tiang jauh sebelah kanan gawang Ferry Rotinsulu.
Kemenangan ini tentu saja disambut bahagia pelatih Persib Djadjang Nurdjaman. Dia pun menilai keberhasilan ini merupakan modal berharga timnya menatap musim kompetisi baru.
"Ya ini modal yang bagus bagi pemain untuk menghadapi ISL nanti. Pertandingan tadi menegangkan, karena sama-sama ngotot. Kedua tim juga kelelahan, tapi tertutup dengan motivasi untuk menang," ujar Djanur kepada wartawan usai pertandingan.
Lanjut Djanur, dirinya memang meminta kepada Atep dan kawan-kawan untuk memenangkan trofi ini, dengan alasan Persib sudah lama tidak mengangkat trofi.
"Kita udah lama nggak merasakan juara. Jadi memang ingin menang. Makanya pergantian tadi baru dilakukan di menit akhir. Saya sudah tidak anggap pertandingan ini uji coba atau turnamen apapun. Apalagi Sriwijaya tetaplah Sriwijaya. Walaupun banyak perombakan, mereka tetap tim kuat," ia menambahkan.

Read more »

04 November 2012

Wisata Air Terjun Curug Cihaur

Cihaurbeuti anu aya lebah kuloneun Gunung Sawal, estuning leubeut ku cai waas nu cucurugan. Hampir tiap lembur di Cihaurbeuti ngagobaan curug sewang-sewangan, loba leuwih ti hiji. Curug mangrupakeun cai anu turun ti punclak mapay-mapay lebak nyaliara handapeun tonggong gunung, mipir lamping bari mawa kahuripan pikeun alam jeung para manusa anu aya sahandapeunana. Lain air terjun, da biasana lamun terjun mah kudu make parasut atawa payung. Ieu sabaraha curug anu aya di Cihaurbeuti, sesana can katuliskeun.
  1. Curug Cimeja, aya di Pamokolan. Disebut Curug Cimeja ku sabab tempat di sabudeurena mangrupa meja panulisan. Ceuk kolot, baheula ieu tempat mangrupakeun tempat lenggah nerbayaksana para menak di Kabarataan Sawal.
  2. Curug Ciharus, aya di Padamulya. Disebut Curug Ciharus ku sabab seahna cai anu kacida harusna ngagolontor maseuhan lembur ku walungan Ciharus. Cek kolot, di ieu tempat osok kawenehan kadenge sora gamelan pupuh gending, ciciren keur ayana hajat pikeun meredih kamulyaan hirup, padamulya.
  3. Curug Tilu, aya di Pasirtamiang. Disebut Curug Tilu ku sabab aya tilu curug anu pasambung-sambung, masing-masing katembong jangkung rag-ragna cai ti luhur dua puluh meter panjangna.
  4. Curug Cibuyut, aya di Cihaur. Disebut Curug Cibuyut ku sabab aya di wewengkon patapakan haur, nyaeta hiji tempat patapaan Ki Buyut Pangersa. Ceuk Kolot, Ki Buyut Pangersa taya lian hiji resi pilih tanding anu ngajaga Gunung Sawal sangkan tetep tiis jauh tina sebutan gunung berapi.

Read more »

Sakadang Kuya jeung Monyet Sosobatan (The Sundaneese Fable)

Di hiji leuweung, hirup sabubuhan monyét. Di antara monyét anu sakitu lobana téh, aya hiji monyét ngora anu kacida bangorna. Salian ti bangor téh harak deuih. Dipapatahan mah dipatatahan, boh ku kolot-kolotna boh ku monyét mandahna, angger teu euih-euih. Bedegong béak karep. Anu matak manéhna taya nu ngabaturan. Sasatna mah dipencilkeun wé ku babaturanana téh.
Lila-lila mah manéhna ogé teu betaheun aya di dinya téh. Atuda rék betah kumaha, hirup sosoranganan taya anu ngabaturan. Ulin sorangan, néangan hakaneun sorangan, nepi ka saré ogé kudu sorangan. Euweuh batur heureuy, euweuh batur pakumaha, euweuh batur ngobrol-ngobrol acan. Ari kalakuan teu daék robah. Angger baé bangor, bedegong, hayang meunang sorangan, jeung harak deuih.
Ahirna manéhna indit ti dinya, ninggalkeun kelompokna. Ceuk pikirna, ti batan aing hirup di dieu euweuh nu ngabaturan mah, mending indit ka tempat séjén. Sugan ari di tempat séjén mah manggih batur anu daék diajak sosobatan. Da tétéla, teu genah geuning hirup euweuh nu ngabaturan téh. Manéhna indit gugurayangan, luluncatan tina hiji tangkal kana tangkal séjénna. Ari datang peuting, saré dina tangkal anu gedé. Lamun beurang, neruskeun deui lalampahanana. Meunang sababaraha poé kituna téh. Ari dahareun mah, teu kurang-kurang, da di leuweung geledegan. Ngan ari pisobateun mah can manggih.
Nepi ka hiji mangsa, manéhna anjog ka muara. Walunganana kaitung gedé. Tuluy diuk dina tangkal kiara anu aya di sisi walungan. Rét ka handap, ku manéhna katingali aya kuya, keur cicing dina batu lémpar di sisi walungan. Jigana mah keur moyan. “Lakadalah, ieu sigana mah pibatureun aing téh,” ceuk Sakadang Monyét dina jero haténa. Jrut turun tina tangkal kiara, tuluykeun nyampeurkeun ka kuya. Kuya batok anu umurna geus kolot.
“Keur naon Sakadang Kuya?” Sakadang Monyét nanya.
“Ah, keur kieu wé, keur moyan,” témbal Sakadang Kuya bari nelek-nelek Sakadang Monyét, “Ké, uing mah asa kakara ningali anjeun. Anjeun téh anyar ka dieu nya?”
“Enya,” témbal Sakadang Monyét bari ngadeukeutan Sakadang Kuya, “Uing mah lain urang dieu. Jauh asal mah, tuh ti leuweung beulah hilir, deukeut hulu cai walungan.”
“Ambu-ambu, atuh jauh nya ari ti dinya mah. Rék naon atuh los-los ka dieu? Piraku sugan ari di ditu kurang hakaneun mah,” ceuk Sakadang Kuya.
“Ih, soal hakaneun mah, asal daék, loba jeung sagala aya deuih.”
“Enya, naha atuh los-los ka dieu?”
“Lah, nyaéta atuh. Keur naon sagala aya ogé ari euweuh batur mah,” ceuk Sakadang Monyét ngahelas.
“Na euweuh bangsa anjeun kitu di ditu?”
“Loba, malah nya di dinya pisan apan bangsa uing ngabubuhanana téh. Ngan, nyaéta atuh, hiji ogé euweuh anu daékeun babarengan jeung uing. Sasatna mah uing téh dipencilkeun wé. Anu matak uing lunta ti dinya, indit sakaparan-paran,” ceuk Sakadang Monyét semu humandeuar.
“Naon sababna cenah? Piraku sugan ari euweuh asal-muasalna mah. Da sagala rupa ogé apan kudu puguh sabab-musababna,” ceuk Sakadang Kuya.
“Puguh éta anu matak uing teu ngarti téh. Pajarkeun téh cenah uing bangor, harak, hayang meunang sorangan. Ah, loba-loba deui wé anu nyababkeunana téh. Padahal uing mah teu rumasa kitu. Éta mah saririk meureun, pédah uing kaasup monyét anu pinter jeung loba kabisa. Dasar monyét!” ceuk Sakadang Monyét, jadi ngarasa keuheul ka bangsana sorangan.
“Oh, kitu nya,” Sakadang Kuya mésem bari unggut-unggutan. “Ari ayeuna anjeun rék ka mana?”
“Duka atuh.”
“Enggeus wé atuh cicing di dieu. Kabeneran uing ogé euweuh batur. Sorangan.”
“Na ka marana kitu anu séjén?”
“Geus parindah batur mah, ka béh hilir. Ka tempat anu leuwih tenang. Ari sababna, di daérah ieu ayeuna geus aya bangsa manusa. Sarieuneun ku manusa.”
“Na atuh anjeun henteu milu pindah?”
“Nyaéta uing mah asa beurat mun kudu ninggalkeun ieu patempatan téh. Atuda ti leuleutik nepi ka ayeuna geus kolot kieu, can kungsi ingkah ti dieu, ari lain kapaksa mah. Sakali-kalieun. Hanas éta aya manusa, asal urang bisa nyingkahanana wé jeung ulah ngaganggu ka manéhna, tangtu manéhna ogé moal ngaganggu ka urang.”
“Enya kitu.”
“Tah, lamun anjeun daék, enggeus baé cicing di dieu jeung uing.”
“Nya ari Sakadang Kuya daék mah sosobatan jeung uing, atoh wé nu aya. Uing henteu hirup nyorangan deui. Sahenteuna atuh aya batur pakumaha,” ceuk Sakadang Monyét, paromanna marahmay.
Tuluy baé duanana uplek ngobrol dina luhureun batu. Sagala dicaritakeun, sagala diomongkeun. Duanana ngarasa bungah, copélna aya batur ngobrol. Jadi henteu tiiseun teuing.
Tah, ti harita mimiti sosobatanana Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyét téh.

Read more »

ANTARA News