Translate

05 Februari 2013

Nyangku, Kearifan Lokal Panjalu


Setiap bulan Mulud, pemangku masyarakat Panjalu menggelar tradisi Nyangku. Upacara membasuh benda pusaka Prabu Borosngora itu, sudah menjadi agenda yang melekat. Bukan benda pusaka Prabu Borosngora saja yang dibersihkan, konon diantaranya ada pedang pusaka milik Sayidina Ali.
Peristiwa budaya Nyangku, kali ini digelar Senin (4/2). Ribuan warga berdatangan, bukan saja dari Panjalu, tetapi juga dari daerah Priangan Timur, Bandung, dan sekitarnya. Sejak hari Sabtu pengunjung sudah berdatangan dari berbagai penjuru.
Tradisi Nyangku sudah menjadi ajang untuk refleksi. Merenungi kearifan lokal para karuhun yang masih dipelihara sampai kini. Tradisi tahunan yang biasa digelar pada hari Senin atau Kamis setiap bulan Mulud itu dipusatkan di alun-alun Panjalu. Selain beberapa tempat kunci di kawasan Situ Lengkong Panjalu.
Prosesi pembasuhan benda pusaka digelar di alun-alun Panjalu menyiratkan kesan sakral. Usai pembasuhan, airnya menjadi rebutan pengunjung.
Juru Kunci Bumi Alit, Usup Sanusi mengatakan, kegiatan ini selalu dilakukan secara rutin setiap tahun sebagi bentuk penghormatan terhadap Parabu Sanghiang Borosngora atas jasa–jasanya, sebagi Raja Galuh penyebar agama Islam pertama. “Tradisi ini jangan sampai dijadikan musrik tetapi untuk diambil hikmahnya yakni sebagai mencucikan diri dan silaturahmi,” jelasnya
Bupati Ciamis H. Engkon Komara, memandang tradisi ini harus dipertahankan. “Kita ambil hikmahnya sebagi ajang silaturahmi baik itu untuk warga Panjalu sendiri maupun warga dari luar Panjalu. Maknai sebagai mencuci hati kita supaya bisa menjadi lebih baik lagi,” katanya.

1 komentar:

  • Anonim says:
    1 Juli 2014 pukul 15.30

    ...apakah berebut air bekas cucian benda pusaka bukan perbuatan syirik??

Posting Komentar

ANTARA News