Translate

24 Juni 2013

Persepsi Buang Sampah Belum Menunjang Perilaku

Tingginya perilaku konsumtif seseorang dapat menyebabkan pe­ningkatan volume sampah. Setiap individu lebih memikirkan perilaku, dan pengambilan keputusan untuk membeli dan menggunakan fungsi dari semua barang yang mereka konsumsi, tanpa memberikan perhatian lebih kepada perilaku dan pengambilan keputusan ketika membuang sisa barang yang telah dikonsumsi atau sampahnya.
Masalah tersebut bertambah panjang dengan perilaku dan pengambilan keputusan untuk membuang sampah sembara­ngan atau tidak pada tempatnya. Perilaku buang sampah sem­barangan masih banyak terjadi, dan ini menjadi pertanyaan besar ketika seseorang meyakini dalam hati dan mengetahui bahwa membuang sampah harus pada tempatnya. Tetapi dalam kenyataanya, sangatlah bertolak belakang.
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan diyakini bahwa paham untuk membu­ang sampah pada tempatnya sudah dianjurkan dan tidak henti-hentinya diingatkan oleh guru kepada para siswa. Mem­bayangkan kondisi sekolah yang bersih dari sampah, perilaku siswa yang apik dalam membuang sampah bisa muncul karena para pelajar memiliki keyakinan dan sikap untuk mendukung pola perilaku membuang sampah yang baik. Seperti kita ketahui bersama, bahwa saat ini, pendidikan mengenai lingkungan hidup sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah.
Melalui uji gambar yang telah dilakukan terhadap sejumlah 211 pelajar yang berada di salah satu sekolah dasar di kota Bandung mengenai persepsinya atau pemikirannya terhadap pola pembuangan sampah, hanya 3 pelajar atau sebesar 1.4% saja yang memiliki pemikiran bahwa membuang sampah boleh dilakukan tidak pada tempatnya.
Sejumlah 208 pelajar atau sebesar 98.6% justru memiliki pemikiran bahwa sampah itu tidak boleh dibuang sembara­ngan. Rinciannya, terdapat 150 pelajar atau sebesar 71.1% yang menunjukan pemikiran anak untuk langsung membuang sam­pah itu harus pada tempatnya. Dalam hal ini ketika mereka menemukan sampah mereka langsung berpikir untuk membuangnya ke tempat sampah.
Kemudian terdapat 50 pelajar atau sebesar 23.7% menunjukan pemikiran yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Mere­ka berpikir untuk menyimpan terlebih dahulu sampah yang ada, sebelum mereka menemukan tempat sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Dan terdapat sejumlah 8 pelajar atau sebesar 3.8% saja yang berpikiran untuk mengolah sampahnya terlebih dahulu, sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Ini merupakan pemikiran yang sudah lebih jauh dari dua pemikiran sebelumnya.
Dari jumlah persentasi mengenai pemikiran anak terhadap pola perilaku pembuangan sampah yang ada, dapat dilihat bahwa mayoritas lebih dari 98% pemikiran atau persepsi para pelajar ini sangatlah sesuai dengan harapan semua. Ini tidak terlepas dari bimbingan dan himbauan yang dilakukan terus menerus oleh para tenaga pengajar di sekolah mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Dan ini merupakan persepsi atau pemikiran yang baik terhadap pola perilaku pembuangan sampah.

Tak Sejalan
Namun pada kenyataanya, pemikiran yang ada di benak para pelajar ini tidaklah sejalan dengan perilaku pembuangan sampahnya. Masih terdapat penyimpangan yang dibuktikan dengan banyaknya sampah yang berserakan di lingkungan sekolah. Kenyataan ini sangatlah jauh dari harapan semua pihak. Meskipun terdapat banyak tempat sampah di lingkungan sekolah, namun masih banyak sampah yang tidak dibuang pada tempatnya. Permasalahan ini telah menjadi topik yang sering diperbincangkan, namun belum mencapai harapan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa pihak disimpulkan bahwa, semua guru sepakat bahwa fenomena di atas merupakan suatu permasalahan yang cukup memprihatinkan. Para pelajar memerlukan figur seseorang yang menjadi panutan untuk dicontoh dalam ber­perilaku membuang sampah. Himbauan, anjuran, atau bah­kan teguran kepada para pelajar mengenai perilaku membuang sampah, tidaklah efektif. Artinya, dibutuhkan pembia­saan yang yang dilakukan secara terus menerus tentang bagai­mana membuang sampah yang benar, dan bukan dengan me­ngetahui atau menghapal apa yang diajarkan di mata pelajaran PLH (Pendidikan Ling­kungan Hidup). Dan ini memerlukan kedisiplinan yang tinggi.
Pihak Petugas Kebersihan Sekolah perlu difasilitasi jumlah tempat sampah sehingga sesuai dengan jumlah kebutuhan menampung sampahnya. Adanya sarana dan prasarana yang dapat membantu kinerja petugas kebersihan ketika bertugas membersihkan sekolah seperti tempat sampah yang dapat dipindahkan dengan mudah dari satu tempat ke tempat lain cukup dibutuhkan. Pihak Orang Tua Siswa pun memiliki peran sebagai figur yang bisa menjadi contoh di rumah. Karena sebelum pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah, para pelajar banyak menghabiskan waktunya bersama orang tua mereka di rumah. Jika orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik di rumah, akan sedikit meringankan beban sekolah untuk mengarahkan perilaku pelajar dalam membuang sampah pada tempatnya.
Banyak kemungkinan yang dapat menyebabkan strategi tidak mencapai tujuan utama mulai dari hati, pemikiran sampai ke tindakan atau perilakunya. Dengan penuh kesadaran, setiap orang yang bertanggung jawab atas masalah ini harus mampu memahami arti penting membuang sampah pada tempatnya sekaligus berperilaku hidup bersih dan sehat.
Seandainya semua pihak memiliki kesadaran yang tinggi untuk membuang sampah pada tempatnya maka akan tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman sebagai tempat beraktifitas. Faktor apa yang sangat mempengaruhi perilaku membuang sampah sembarangan, ketika sebenarnya pemahaman akan pola hidup bersih itu mungkin sudah ada dalam pe­mikiran setiap individu.
Dalam hal ini lebih erat kaitannya dengan aplikasi dalam kegiatan sehari-harinya dari pemahaman akan pola hidup bersih. Perilaku membuang sam­­pah tersebut sangat mencerminkan bagaimana salah satu aspek pemahaman pola hidup bersih itu diaplikasikan dengan sempurna atau tidak dalam kenyataannya. Sangat diperlu­kan peran aktif dari semua pihak, baik itu pemerintah, ma­syarakat, dan pelaku usaha. Dimana setiap pihak memiliki peran untuk menekan permasalahan ini sampai akarnya. Terkait dengan fenomena permasalahan yang terdapat di sekolah ini, perlu dikaji lebih dalam lagi mengapa persepsi yang baik para pelajar ini tidak menunjang perilaku pembuangan sampah yang baik di dalam kenyataanya.
Harapan dari pembelajaran mengenai permasalah perilaku pembuangan sampah ini haruslah diperjuangkan dari saat ini juga. Tanpa perlu membebankan permasalahan tersebut kepada pihak tertentu, mari kita semua berpartisipasi aktif untuk ikut serta menjaga kebersihan lingkungan kita. Dan semua ini bisa dimulai dengan memberikan kontribusi positif mulai dengan menjaga kebersihan lingkungan di rumah sendiri dan untuk lingkungan dimana pun kita berada.***
Ihsan Hadiansah (Mahasiswa MSM SBM ITB. Melakukan pengamatan awal (penelitian) terhadap persepsi dan perilaku pembuangan sampah pada anak-anak di lingkungan sekolah).

0 komentar:

Posting Komentar

ANTARA News