Translate

29 Januari 2015

P2B Cihaurbeuti Harus Punya Nilai Jual

CIAMIS – Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Asep Dian Permana Yudha menyayangkan pemanfaatan Pusat Pemasaran Bersama (P2B) Ciamis yang tidak berjalan mulus.
Menurutnya P2B harus kembali diaktifkan sebagai rest area untuk menopang ekonomi Ciamis. Lokasi bangunan berada di jalur utama, seharusnya membuat tempat itu menjadi favorite pemberhentian para pelancong dari luar kota.
“Misalnya (dimanfaatkan, Red) untuk ekonomi, tapi ekonomi seperti apa. Itu harus memperhitungkan potensi apa yang ada di Kabupaten Ciamis. Bisa dari pertanian dan peternakan. Siapapun pelakuknya tetapi harus binaan yang terkoordinatif,” ujarnya saat ditemui dikantornya kemarin (29/1/2015).
Menurutnya pemerintah harus menyelesaikan persoalan tersebut. Bangunan itu harus kembali dihidupkan agar pengusaha kecil menengah bisa bangkit dan meramaikan tempat tersebut. Menurut informasi tanah bangunan tersebut masih milik tanah desa yang disewa.
“Ini berhubungan dengan undang-undang desa yang masih simpang siur. Tanah desa akan dikemanakan? Jadi supaya tidak ada permasalahan kedepannya maka terlebih dahulu harus diselesaikan, warga Cihaurbeuti ingin P2B sebagai cerminan dari Cihaurbeuti khususnya,” tuturnya.
Asep mengaku sempat berbicara dengan sejumlah agen wisata yang siap mengelola tempat tersebut. Jika Pemerintah Kabupaten Ciamis menginginkan tempat tersebut dikelola secara professional maka para investor menunggu konsep pemerintah itu.
“Harapan besar, setelah Pangandaran berpisah dari Ciamis jelas sudah tidak memiliki wisata. Kedepan apakah akan membuat wisata atau mengembangkan bidang pertanian? Tapi sejauh mana keseriusan di bidang pertanian? Kedepan tidak hanya P2B saja tapi harus ditunjang dengan adanya daerah Agropolitan, Cihaurbeuti, Panumbangan, Panjalu dan Sukamantri itu merupakan tempat yang cocok,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya bangunan P2B di perempatan Cihaurbeuti Ciamis terbengkalai. Kondisi bangunan memprihatinkan karena tidak pernah ada perawatan. Rumput tinggi tumbuh di halaman dan kondisi bangunan tidak terawat. Kondisinya bahkan lebih mirip dengan kuburan meski ada di pinggir jalan.
(Radar Tasikmalaya, 30 Januari 2015)

0 komentar:

Posting Komentar

ANTARA News