Translate

12 Desember 2012

Jejak Prostitusi Banjar Patroman Tempo Dulu (2)

Hampir setiap warga Banjar yang berusia diatas 50 tahun akan mengakui bahwa semasa mereka remaja, kehidupan malam di Kota Banjar jauh lebih ramai ketimbang saat ini. Akan tetapi tidak semua dari mereka mengetahui, bahwa dibalik hiruk pikuknya kehidupan malam tersebut, bisnis prostitusi dan perjudian tumbuh subur. Saat ditanya dimana dulu bisnis esek-esek itu terkonsentrasi, umumnya mereka menyebutkan 2 nama tempat, yakni Rancagaok dan Jalan Buntu.
Rancagaok diketahui sebagai nama kampung yang terletak di sekitar Jalan Tentara Pelajar Kelurahan Mekarsari Kecamatan Banjar. Saat itu Rancagaok posisinya berada di belakang dan samping kanan terminal Banjar atau sekarang menjadi Graha Banjar Idaman. Tidak seperti sekarang yang begitu padat oleh pemukiman penduduk, Rancagaok kala itu masih relatif sepi.
Tak jelas mengapa nama Rancagaok itu kini dirubah jadi Mekarsari, yang jelas ketika itu di Rancagaok terdapat deretan rumah-rumah bordir yang siap melayani para hidung belang. Jumlah PSK penghuni Rancagaok mencapai puluhan orang. Mayoritas dari PSK itu merupakan warga pendatang. "Satu rumah ada yang lima kamar, paling sedikit 3 kamar. Bahkan ada satu yang tingkat dua," kata MAN, pria berusia 60 warga Jalan Rumah Sakit Kota Banjar.
Menurut dia, asal punya uang maka siapa pun yang datang, bisa langsung memilih PSK dan langsung berkencan di kamar yang telah disediakan. Sayang, saat ditanya berapa tarif untuk sekali kencan, MAN mengaku lupa-lupa ingat.
Para hidung belang tak usah sungkan ketika memilih PSK, karena sang germo telah menyediakan potret yang terpampang di pintu kamar. "Tinggal melihat-lihat fotonya saja. Nah kalau fotonya ditutup atau dibalikkan, berarti sedang melayani pelanggan," kata pria sepuh yang gemar "ngoprek" motor Vespa itu.
Lain lagi kisah yang diutarakan pria paruh baya, sebut saja namanya Pulan, warga Cikabuyutan Timur Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Pria yang semasa mudanya bisa dibilang preman itu memiliki banyak pengalaman ketika di Bojonggaok terdapat lokalisasi PSK. "Dulu saya suka beraktifitas di terminal yang berdekatan dengan lokalisasi itu," katanya.
Sebagai preman dia kerap kali memalak para hidung belang yang "jajan" di lokalisasi itu. Sasaran utamanya adalah hidung belang berkantong tebal, seperti saudagar yang baru saja menjual hasil buminya, atau para perantau yang akan pulang kampung. "Begitu keluar dari kamar langsung kita palak, biasanya mereka ketakutan dan memilih memberi uang jago," kenangnya.
Menurut dia para pemilik lokalisasi itu juga kerap dipusingkan oleh kelakukan tamu yang rese. Banyak tamu yang setelah berkencan, kabur karena tak mau membayar. Modusnya cukup sederhana yakni melarikan diri ketika PSK tengah pergi ke kamar mandi. "Kaburnya ke arah rel kereta, karena tempatnya gelap dan banyak pilihan jalan jadi si germo sulit untuk mengejarnya," kata Pulan seraya menyebutkan nama-nama germo yang diingatnya.

0 komentar:

Posting Komentar

ANTARA News