Translate

12 November 2012

Film Tentang Veteran yang Menjadi Tukang Sapu, Menangi Lawangsewu Festival 2012


Film pendek tentang kisah veteran yang menjadi tukang sapu memenangi kategori umum dalam “Lawangsewu Film Festival 2012” yang diprakarsai Komunitas Sinema Semarang (KSS). "Film ini tidak berisi banyak dialog, namun pesannya mengena dan sangat menyentuh," kata Aditya Gumay, salah satu dewan juri pada Malam Grand Final Lawangsewu Film Festival 2012 di Semarang, Minggu (11/11) malam.
Menurut sutradara ternama yang telah menyutradari banyak film, di antaranya "Emak Ingin Naik Haji" dan "Rumah Tanpa Jendela" itu, film garapan Komunitas Sinema Bawah Pohon Jakarta itu cukup kuat dalam penceritaan.
Film tersebut, kata Gumay yang mengumumkan langsung para pemenang festival film pendek itu, film berjudul "Lencana Tukang Sapu itu menceritakan veteran perang yang terpaksa menggadaikan lencananya untuk berobat. "Saya mengapresiasi Lawangsewu Film Festival ini, sebab bisa menggeliatkan anak-anak muda berkreasi membuat film. Apalagi, peserta festival ini tak hanya dari Semarang, namun berbagai kota di Indonesia," kata Gumay.
Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase) Mulyo Hadi Purnomo mengakui perkembangan perfilman di Semarang masih kalah dibandingkan kota lain, seperti Banjarnegara, Purwokerto, apalagi Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.
Karena itu, kata dia, pergelaran festival film pendek semacam itu diharapkan bisa merangsang kreativitas sineas-sineas muda Semarang untuk membuat film bermutu, apalagi ternyata pesertanya banyak dari daerah lain. "Saya rasa Semarang masih harus banyak belajar dari kota-kota lain. Ikutnya peserta dari berbagai daerah, hingga Aceh, saya harap bisa mendorong sineas muda Semarang berkompetisi menghasilkan yang terbaik," kata Mulyo.
Sementara itu, Tohar Gunawan (26) sutradara film "Lencana Tukang Sapu" menjelaskan pembuatan film tersebut hanya memakan waktu selama tiga minggu dengan lokasi penggarapan di sejumlah titik di kawasan Ibu Kota.
Film yang menelan biaya produksi sekitar satu juta rupiah itu, kata dia, terinspirasi dari kisah seorang veteran perang bernama Engkong Nasir yang sekarang ini hidup berkesusahan dan tidak memiliki apa-apa.
"Karena itu, sebagian uang hadiah dari festival film ini kami sumbangkan kepada beliau. Kami ingin semua masyarakat menghargai jasa para pahlawan," kata mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan 2009 itu.
Ada 65 karya bersaing di festival film itu, terbagi kategori pelajar dan umum. Juara kedua kategori umum, yakni "Sebuah Kisah Dari Mawar" garapan Komunitas Ruang Gelap Jakarta, disusul "Skeptis" garapan Komunitas Mercubuana.
Sementara kategori pelajar, juara satu diraih film "Puncak!" garapan siswa SMK Negeri 11 Semarang, disusul "Untuk Ibu" garapan siswa SMA Negeri 1 Banjarnegara, dan ketiga "Kejar" garapan CIP Production Salatiga.
Sumber : Antara

0 komentar:

Posting Komentar

ANTARA News