Translate

17 Desember 2012

Jejak Prostitusi Banjar Patroman Tempo Dulu (5-Habis)


Memasuki awal tahun 90-an, maraknya bisnis prostitusi di Kota Banjar, terutama di Rancagaok dan Bobojong perlahan mulai meredup. Tanpa dibubarkan pemerintah, tanpa didemo oleh ormas, kedua lokalisasi itu lambat laun mulai memudar.
Lantas apa yang membuatnya mati? Diantara sekian banyak faktor, yang paling utama adalah berkurangnya keramaian di Kota Banjar sebagai dampak dari pembangunan dan kemajuan sarana transportasi umum.
Banjar tak lagi harus dituju, karena trayek bus sudah ada yang langsung dari wilayah Ciamis Selatan dan Jawa Tengah. Alhasil, lambat laun keramaian di terminal bus Kota Banjar pun berkurang. Kondisi ini jelas berdampak pula pada lokalisasi Rancagaok.
Puncaknya terjadi ketika Pemkab Ciamis memindahkan terminal bus ke wilayah Parunglesang. Hal ini praktis membuat Rancagaok merana. Hal serupa juga terjadi pada moda transportasi umum kereta api. Stasiun KA Banjar pun tak lagi ramai akibat kemajuan sarana transportasi.
Para germo dan PSK pun sempat berusaha bertahan hingga awal tahun 90-an, sebelum akhirnya gulung tikar. Sebetulnya mereka sempat berusaha untuk menciptakan keramaian baru dengan pindah ke kawasan Batugajah dan Warung Batok. Namun karena sepi, mereka tak bisa bertahan lama.
Mereka hancur dengan sendirinya karena tergilas perkembangan zaman. Umumnya para PSK di Kota Banjar kemudian hijrah ke Pangandaran atau ke Purwokerto. Sementara kawasan Rancagaok pun mulai berkembang dengan banyaknya warga yang menempati kawasan itu. Hingga akhirnya Rancagaok berganti nama menjadi Mekarsari, dan menghapus semua kisah hitam yang selama berpuluh-puluh tahun melekat di kawasan itu.
Begitu juga dengan Bobojong, sentuhan pembangunan serta kemajuan jaman membuat Bobojong tak lagi menjadi sangar. Warga pun sepakat menamai kawasan ini sebagai Dusun Jadimulya. Ya, dusun yang sanggup menjadi mulia setelah berlumuran cerita nista tentang prostitusi, perjudian dan premanisme.

0 komentar:

Posting Komentar

ANTARA News